Mohon tunggu...
Ari Purba
Ari Purba Mohon Tunggu... -

belum sampai kemana mana

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bayi yang Ditukar, FIFA, dan Sepak Bola Nasional

15 April 2012   13:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:35 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Alkisah, jauh sebelum Sepp Blater lahir, tersebutlah seorang raja yang terkenal dengan kebijakannya. Banyak perkara yang diselesaikannya dengan adil dan bijak. Pada salah satu kisah, dua orang wanita menghadap sang raja -tanpa birokrasi dan protokoler yang rumit- untuk menyelesaikan perkara di antara mereka.

Dua orang wanita ini tinggal serumah dan sama-sama baru melahirkan seorang bayi. Salah seorang dari bayi ini kemudian meninggal. Semasa waktunya tidur, ibu yang bayinya meninggal ini kemudian menukar dengan bayi yang masih hidup dan meletakkan bayinya yang meninggal di sebelah ibu yang bayinya masih hidup. Ketika bangun, si ibu terkejut demi mendapati bayinya sudah meninggal dan lebih terkejut karena ia mengenali itu bukan bayinya. Dan ia mengetahui bayinya telah diambil wanita yang tinggal serumah dengannya itu. Tapi wanita itu menyangkalnya. Keduanya kemudian bersepakat untuk menyelesaikan  masalah ini ke hadapan raja dengan membawa bayi yang masih hidup itu.

Demi mendengar persoalan yang demikian , sang raja kemudian meminta supaya sebilah pedang diberikan kepadanya.  "aku akan memotong bayi ini menjadi dua, dan masing-masing kalian akan mendapatkan satu bahagian''. Tentu saja ibu asli  si bayi tak rela anaknya diperlakukan begitu rupa. Ia kemudian merelakan jika bayi itu diberikan saja kepada wanita yang satu lagi. Demikianlah sang raja jadi mengetahui ke wanita mana bayi itu harus diserahkan. Wanita yang tulus mencintai bayi yang lahir dari kandungannya. Kisah seorang raja bijak yang telah kita ketahui bersama.

Kisah lain, ketika Sepp Blatter sudah jadi Presiden FIFA, pelaku sepakbola nasional mengungkapkan cinta mereka untuk perkembangan sepakbola nasional dengan mendirikan liga masing-masing. Masing-masing mengaku sebagai yang sah untuk mengurus jalannya liga di negara ini. Halnya klub-klub yang terlibat di dalam liga, mereka punya alasan masing-masing untuk mengikuti liga mana yang dirasa menguntungkan klubnya. Penonton terbagi dua, media terbagi dua, timnas terbagi dua dan kompasianer juga terbagi dua....hahaha.

FIFA yang dikomandani Sepp Blatter sudah memberi deadline penyelesaian kisruh sepakbola nasional sampai dengan 15 juni. Penguasa sepakbola dunia ini hanya menginginkan adanya satu liga di satu negara. Peraturan yang diketahui oleh beliau-beliau yang katanya paling mengerti tentang sepakbola itu. Melihat perkembangan yang ada, saya agak pesimis jika liga di negara ini bisa disatukan seperti harapan FIFA.

Hanya saja FIFA memang harus membijakkan diri untuk tidak terlalu keras kepada negeri penggemar bola ini. Apakah karena kita memang sangat diperlukan di keanggotaan mereka, ataukah karena pasar bola yang sangat besar yang bisa di garap di negeri ini. Ketika sampai waktunya, kesabaran FIFA bisa saja sudah habis. Bagaimanapun juga, dibekukan dari keanggotaan tidak selalu lebih menguntungkan.

Wanita yang berlaku sebagai ibu asli dalam kisah diatas tak rela jika bayinya dibagi dua. Demi kecintaannya pada sang bayi, ia rela memberikan bayi itu pada wanita yang lain asal bayinya tetap hidup. Bukankah beliau-beliau yang sedang menjalankan dua liga di negara ini sering mengatakan kalau mereka melakukan ini semua demi kecintaan kepada sepakbola nasional? Ketika hukuman akan datang, tidak bisakah mereka bersatu atau bahkan melepaskannya untuk diurus orang lain demi tetap hidupnya sepakbola nasional?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun