Mohon tunggu...
Arie Pramudya
Arie Pramudya Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ada Apa dengan Ngapak? Kok Ditertawakan?

27 Maret 2023   18:04 Diperbarui: 27 Maret 2023   18:20 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kubik Leadership

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Diperkirakan jumlah bahasa didunia ada 6000-7000 bahasa. Manusia berbahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan pada masa anak-anak sudah dapat berbicara secara fasih kurang lebih pada usia tiga tahun. Selain untuk berkomunikasi, bahasa juga dipergunakan untuk sosial dan kultural sebagai tanda identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial.

Indonesia dikenal oleh dunia memiliki kekayaan dan keragaman budaya yang salah satunya adalah bahasa daerah. Tercatat menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang telah divalidasi di 2.560 daerah pengamatan sejak 1991 sampai 2019. Walapun banyak sekali bahasa disetiap daerahnya, Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.

Bahasa jawa adalah bahasa yang berasal dari pulau jawa. Sesuai dengan namanya, bahasa jawa dituturkan oleh masyarakat jawa khususnya yang tinggal di Provinsi Jawa Tengah, daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Walapun bahasa jawa digunakan oleh sebagian besar masyarakat pulau jawa. Bahasa jawa dibagi menjadi menjadi lima dialek, yaitu dialek Solo-Yogya, dialek Pekalongan, dialek Wonosobo, dialek Banyumasan, dialek Tegal.

Yang lebih menarik kali ini adalah bahasa Banyumasan atau biasa kita kenal dengan "Bahasa Ngapak". Bahasa yang digunakan oleh masyarakat keresidenan Banyumas yang melingkupi Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen. Bahasa ini agak berbeda dengan bahasa jawa lainnya yang biasa kita dengar. 

Mulai dari pelafalan, logat, dan intonasinya pun berbeda. Perberdaaan yang sangat jelas ada dipelafalannya yang ditengarai dengan penggunaan huruf 'a' saat berbicara. Sebagai contoh jika bahasa jawa yang sering kita dengar adalah opo (apa), sopo (siapa), piro (berapa) dibahasa ngapak akan menjadi apa, sapa, pira. Selain pelafalan, logat dari bahasa jawa ngapak ini pun terdengar sangat tegas bahkan seperti orang sedang marah-marah.

Sering kali kita mendengar tentang perbedaan bahasa menjadi perdebatan bahkan menjadi ejekan. Sama seperti halnya bahasa ngapak sering ditertawakan oleh orang-orang saat mereka berbicara. Hal ini sudah sering terjadi di kota besar yang khususnya masih di pulau jawa dan bertemunya antara orang berbahasa jawa biasa dengan orang berbahasa ngapak. Orang-orang yang berbahasa jawa ini terkadang belum terbiasa mendengar dialek bahasa ngapak yang berbeda dengan bahasa jawa lainnya, hal ini yang dijadikan landasan mereka berdebat atas perbedaan bahasa ini.

Bahasa ngapak sendiri bisa dibilang bahasa yang minoritas dari bahasa jawa kebanyakan, karna hanya masyarakat Provinsi Jawa Tengah bagian barat saja yang menggunakan bahasa ini. Oleh karena itu tak sedikit pula orang-orang yang mengejek dan menertawakan saat orang yang berbahasa ngapak sedang berbicara. Hal ini menjadikan bahasa ngapak menjadi bahan ejekan setiap kali kedua pihak ini bertemu. Mereka (orang berbahasa ngapak) pun menyadari akan berbedanya bahasa mereka, mereka akan mengakalinya dengan menggunakan bahasa jawa yang kebanyakan saat berbicara, akan tetapi dikarenakan belum terbiasa mengucapkannya kita dapat menebaknya bahwa mereka adalah orang yang berbahasa ngapak. Dan tak sedikit pula yang mengakalinya dengan menggunakan Bahasa Indonesia saat berbicara untuk menghindar dari ejekan dan tertawaan.

Dengan adanya bahasa ngapak ini adalah salah satu bukti bahwa Indonesia mempunyai keragaman dan keunikannya termasuk bahasa. Oleh karena itu seperti kasus diatas pun kita anggap saja hanya untuk bahan candaan, dengan maksud tujuan agar kita dapat menyatukan perbedaan yang ada. Karna kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. 

Dengan begitu jangan kita mengambil hati hanya dengan ejekan yang masuk kita yang membuat kita harus membuang jati diri daerah tempat kita berasal. Bahkan kita seharunya bangga dan percaya diri akan keunikan dari daerah asal kita. Atau kalau bisa kita kenalkan keunikan daerah kita sendiri ke pihak luar. Dengan begitu kita bisa menghapus streotip orang yang berbahasa ngapak tidak akan lagi dijadikan bahan ejekan bahkan ditertawakan lagi oleh orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun