Mohon tunggu...
Ario Rafni Kusairi
Ario Rafni Kusairi Mohon Tunggu... Supir - Manusia

Kaum Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelecehan Seksual (Tidak) akan Berakhir

26 Oktober 2022   20:16 Diperbarui: 26 Oktober 2022   20:25 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi korban pelecehan seksual, sumber: https://www.istockphoto.com

Manusia hidup dengan menyandang sebuah norma, norma adalah aturan yang menjadi pegangan manusia untuk bisa hidup selayaknya manusia, sebab jika seorang tidak memegang teguh norma yang berlaku, tentu ia akan dipandang negatif oleh yang lain. Pada dasarnya, norma bukanlah sebuah aturan tertulis, akan tetapi dipahami dari budaya.

Dalam pepatah Madura disebutkan bahwa "Sareh elmu se tade' tolessa", (Carilah ilmu yang tidak ada tulisannya). Apa ilmu yang tidak ada tulisannya, bukankah ilmu itu tentang tulisan, sebagaimana pepatah arab yang berbunyi "Ilmu itu gesit, maka ikatlah dengan tulisan." 

Ilmu yang tidak ada tulisannya sebagaimana yang disebut dalam pepatah Madura tersebut ialah akhlaq, norma, etika dan beberapa sebutan yang serupa. Mengapa akhlaq tidak ada tulisannya, sebab akhlaq adalah tentang kebiasaan atau budaya yang berlaku dalam suatu kaum.

Etika tidak memandang status, tetapi perilakulah yang menjadi tolak ukur dalam etika seseorang. Secara umum, etika terbagi menjadi dua, yakni baik dan tidak baik, atau sopan dan tidak sopan. Tulisan ini tidak akan membahas tentang etika yang baik atau akhlaqul karimah, sebab pembahasan seperti ini sangat garing di tongkrongan, dan semua sudah faham. Tulisan ini akan membahas tentang etika buruk yang tak (tidak) akan berakhir.

Pelecehan seksual adalah tindakan yang melenceng dari norma-norma manusia yang berlaku, di manapun di belahan muka bumi. Dan dalam perspektif penulis, pelecehan seksual (tidak) akan berakhir. Kenapa? Mari kita bahas bersama.

Dalam kasus pelecehan seksual, ada dua pihak yang terlibat, yakni pelaku dan korban. Pertama kita akan bahas tentang pelaku terlebih dahulu. Aksi-aksi dari pelaku ini beragam, mulai dari yang secara langsung seperti menyentuh bagian tubuh dengan tanpa izin dong tentunya, dan memperlihatkan kemaluannya pada seseorang maupun umum, dan mungkin bisa kalian sebut sendiri. 

Serta pelecehan secara tidak langsung, yang mana hal ini adalah via online, seperti menanyakan seputar hal-hal seksualitas, mengirim gambar-gambar bergenre pornografi, dan mengirim gambar kemaluannya ke orang-orang secara random, dan mungkin bisa pembaca sebut sendiri contoh-contoh yang lain.

Kenapa mereka bisa bertindak seperti ini tanpa difikir secara matang (mana ada orang eregsi berat mikir jernih)? Fix ini adalah kelainan seksual.

Mungkin ada pertanyaannya berupa "bagaimana kalau dikirim ke teman, pacar dan lain-lain?" I don't know, kalian bisa memutuskannya sendiri.

Yang kedua adalah korban. Semua pasti setuju bahwa korban akan mengalami shock, trauma, marah, malu, dan perasaan-perasaan lain yang sangat mempengaruhi psikologis korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun