Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pilkada Serentak dan Hasrat

3 Desember 2020   23:52 Diperbarui: 3 Desember 2020   23:53 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit : MEDIA INDONESIA

Realitas Sosial

Masyarakat harus mengetahui secara persis bagaimana cara dan prosedur untuk beradaptasi pada ruang lingkup yang benar-benar berbeda daripada biasanya. 

Hal ini sangat berdampak pada siklus kehidupan jangka menengah panjang. Tentu mengherankan jika kita harus dipaksa belajar pada sesuatu yang kita anggap tidak memiliki kapabilitas yang mencukupi. Barangkali. 

Sialnya pada realitas kali ini, kita akan terus belajar pada hal-hal semacam itu. Saat artikel ini ditulis. Saya tidak dapat membedakan antara kebutuhan fleksibilitas manusia. Hingga artikel ini ditayangkan saya juga belum mengerti akan apa yang seharusnya terjadi. 

Fungsi Sosial

Kerap kali hal ini menjadi perdebatan panjang. Apakah orang-orang yang sedang menjabat adalah orang yang satu-satunya berhak atas menjaga kestabilan sosial. 

Tidak sedikit saya temui orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki kewenangan serupa namun ingin ikut andil dalam hal tadi. Aneh memang. Terlepas dari beberapa hal yang saya sebutkan, fungsi sosial harus ada. Sebagai apa atau apa saja.

Pilkada Pandemi

Rasanya pelaksanaan pemilihan kepala daerah pada masa pandemi adalah pilihan yang tepat. Pasalnya peraturan atau regulasi yang sudah diatur oleh negara tidak boleh berhenti begitu. 

Tulisan ini tidak memiliki tendensi. Pertama pemerintah sangat getol dengan realitas subyektifnya. Pandangan saya terhadap pelaksanaan tersebut harusnya berjalan dengan sebaik mungkin. Generasi hari ini sudah melek dengan teknologi. Meskipun standar melek teknologi tidak ada yang mengetahui secara persis. Lucu saja. 

Beberapa minggu terakhir ini fenomena yang terjadi di masyarakat begitu pelik. Mulai dari krisis eksistensi hingga krisis finansial. Beberapa waktu yang lalu saya juga menghampiri salah satu rekan karib saya. Bagaimana mungkin dampak pandemi bisa sehebat ini. Pandemi menyerang segala lini kehidupan masyarakat. 

Tak terkecuali. Kepala daerah atau para kandidat yang akan menjabat sebelum berani untuk mencalonkan diri harusnya sadar. Sadar akan banyak hal. Saya tidak mengetahui secara persis bagaimana proses pemilihan ini akan berlangsung. 

Kata-kata adalah semacam sihir. Orang-orang bisa saja tertipu selama beberapa menit dengan penyesalan yang tidak bisa hilang begitu saja. Beragam fasilitas sudah dihadirkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun