Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Relativitas Sosial dalam Film "Wall-E"

18 Juli 2020   14:24 Diperbarui: 19 Juli 2020   00:33 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wall- E, Pixar Studios. Foto : arthipo.com


Sebelumnya kalau judul artikel ini agak menye-menye, maafkan penulis. Tapi ini tentu cukup menarik hingga pembaca rela menggerakkan tangan hingga sampai pada tulisan ini. Toh, ya artikel lain atau dari tulisan orang-orang yang sudah senior di kompasiana juga sangat banyak. Jangan terburu-buru. Pesan kopi terlebih dahulu. Kalau sudah datang jangan langsung di sruput, panas! diamkan sejenak, bakar rokok diantara celahnya baru sruput kopi. Pasti jos!

Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh seorang kawan saya, saat sudah lama tidak jumpa di kampung halaman. Maklum saya tipe mahasiswa yang doyan tidur di kampus, maksudnya sekretariat. Pasti tidak sedikit dari pembaca, yang sewaktu menjalani masa-masa menjadi mahasiswa yang tidak mahasiswa. Loh, ini maksudnya bagaimana toh. 

Sebelumnya sudah saya sampaikan, kalau perihal waktu itu relatif. Albert Einstein berkata demikian, apabila dalam euforia waktu yang lama-pun terasa sangat singkat. Begitu pula sebaliknya. 

Ia menambahi, kacau. Gresik yang tidak memiliki universitas negeri yang cukup banyak, membuat pelajar-pelajar seusai sekolah menengah atas mengenyam pendidikan diluar kota. Bahkan ada salah satu temanku sampai di luar pulau. Ini masih biasa, dan wajar. 

Tapi bagi saya pribadi ini namanya kurang ajar. Dulu yang sering ngopi bareng, kini untuk sekedar berbagi cerita saja menjadi sangat jarang. Apalagi fitur yang diselipkan oleh pengembang aplikasi yaitu fitur private share. 

Baca : Gender, Unta, dan Afrika

Loh, ini kaitannya dengan Relativitas Sosial apa? Jangan-jangan judulnya cuma click-bait saja. Saya tipe orang yang membuat artikel tidak seperti tribunnews-"Heboh lele berkepala unta ditemukan di Afrika" ah itu cuma selingan dari perusahaan tribun. Masyarakat butuh hiburan, tribun menyediakan. Tapi saya tetap tidak setuju dengan konsep pemilihan judul yang seperti itu, norak!

Saya lebih baik tidak memiliki teman sama sekali demi hal seperti itu, daripada harus seperti itu tapi membuat akal sehat menjadi tumpul dan sulit terobati. Untungnya gusti tidak membiarkan saya berada pada situasi tersebut. Pengetahuan sifatnya sangat universal dan seperti buih laut. Ada dan tiada. Tapi terekam dalam pikiran dan abadi.

Relativitas sosial terjadi karena budaya primordial yang dipoles oleh teknologi zaman sekarang. Ini terjadi karena masyarakat berada pada situasi yang suntuk dan tidak ada celah untuk memperbaiki situasi tersebut. Maksudnya begini, rutinitas sehari-hari akan menjadi budaya bagi masyarakat atau sekelompok masyarakat yang melakukan hal tersebut secara intens. 

Sedangkan relativitas sosial adalah fenomena yang ada saat kita menjalani situasi tersebut. Misalnya setiap hari saya ngopi di dekat pertigaan jalan raya. Orang-orang yang mampir ke warung juga bervariasi dan aktivitas yang dilakukan juga cenderung sama bervariasinya. Tapi yang menjadi inti aktivitas sehari-hari adalah ngopi-nya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun