Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rupiah Terjun Payung

14 Juli 2020   15:33 Diperbarui: 15 Oktober 2020   21:43 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com

Hari ini tercatat bahwa kurs rupiahterhadap dolar mencapai nilai tukar hingga 16 ribu, naik sekitar 2,76 persendari akhir tahun 2019. Tentunya inflasi ini terjadi karena selain bencanainternasional adalah pasar saham yang tidak stabil. maka dari itu dari sanakita melihat banyak sekali konteks yang sangat mempengaruhi inflasi ini. 

Selain berimbas pada para pedagang adalah pada masyarakat menengah ke bawah. Hal ini cukup meresahkan sekaligus me-new-sahkan, dengan adanya bencana ini harusnya pemerintah bersamamasyarakat bersama-sama mencari solusi. 

Misalnya mulai saat ini di seluruh masjid di indonesia setelah sholat jumat disediakan nasi bungkus bersama es teh, teh panas sama kopi. kalau bangunannya beda gimana? boleh kan sama-sama seminggu sekali. Meskipun hal ini dinilai dapat menimbulkan ketimpangan sosial. Nah dari sini mata uang nasional tentunya akan mengalami inflasi kembali.

Pemerintah selalu menggalakkan program pembangunan infrastruktur tentunya bagikaum pembisnis hal ini memiliki keuntungan tersendiri apalagi dari modal bahwamengundang para investor untuk menanamkan sahamnya ke perusahaan-perusahaanIndonesia. 

Prospek

Syah saja sebenarnya, tapi saat kitalihat sedikit lebih vulgar maksudnya mendetail-fenomena tersebut bahkanmerasakan secara langsung dari respon masyarakat yang terteror televisitabung  bahkan televisi instagram. 

Fasilitas kesehatan nyatanya jauh lebih penting dan harus mendapat prioritasyang utama, dari kecenderungan tersebut langkah Presiden Jokowi dalam prosesuntuk menangani-mengatur anggaran saya rasa sudah tepat hanya saja lembaga yangbersangkutan dalam hal pengawasan-KPK indepedensinya harus dibangun kembalisetelah beberapa bulan lalu mendapat intervensi. Tapi ya sudahlah itu pekerjaanpemerintah saya toh cuma memesan teh hangat. 

Selain dari segi pendidikan yangdigabungkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Karim terkait kebijakan kampus. Dampakdari sini adalah orang-orang yang terlanjur menanamkan modalnya mengalamikerugian yang dinilai cukup terasa, karena pada umumnya kurs dollar hanyamengalami eskalasi beberapa ratus rupiah saja dalam perbulan naik-turun. 

Sebagai masyarakat awam, saya sendiri menilai selain dari itu kenaikan dari beacukai rokok juga meresahkan. karena seperti yang kita tau bahwa para perokokadalah orang-orang dari kelas menengah kebawah, meskipun tidak jarang jugaditemui pada klaster tersebut juga pengguna vape. 

Tindak Lanjut

Pemerintah sebenarnya memahami benarterkait fenomena ini namun enggan untuk mengambil langkah tegas. Tentunyadengan mempertimbangkan banyak hal dan memang sangat memuakkan jika keadaan initerus terjadi. Selain dari progres yang tersendat juga menyebabkan kepanikannasional. Himbauan tidaklah cukup, melainkan langkah yang tegas. Maka dari siniasumsi saya yang awam ini hanya melihat klaster tertentu maka benar saja. 

Mayoritas dari penduduk indonesia yang benar benar merasakan dampaknyaadalah pada klaster gong. Kestabilan nasional sangat rentan disini, bisa sajapenjajahan kembali terjadi. bisa saja. dari sanksi sosial. Maka dari itu jugakarena saya baru semester 2, belum mengalami perkembangan yang cukup maju. Jugamengharapkan dari pemerintah untuk segera menemukan solusi yang memilik rangeyang dekat dengan kata rigid.

Karena pada umumnya orang-orangpada rentang usia tertentu cenderung lebih memperhatikan dari efek bencanaglobal ini daripada benar-benar menerapkannya. Lucu saja saat mendengarkanorang-orang tetap saling membunuh dalam warung kopi 

"Anda tentu membawa Covid" 

"Anda membawa Covid-19" 

"Anda membawa Covid model baru Covid-20!"

prostitusi covid harap menepi. 

Artikel sebelumnya : Gender, Unta, dan Afrika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun