Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kemanusiaan Sesederhana Berbagi Kopi

22 Juni 2020   19:40 Diperbarui: 1 Juli 2020   01:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Perihal perbedaan antara manusia dengan kemanusiaan, tentu saja saya kalangkabut karena antara keduanya yang membedakan hanyalah imbuhan ke dan an saja. Mengapa manusia harus berperi kemanusiaan? 

Memang apa pentingnya kemanusiaan dalam kehidupan sekarang dimana orientasi mayoritas adalah uang, uang, dan uang. Kita tahu benar bahwa dengan uang kita dapat memperoleh apapun.

Para musisi yang membawakan lagu yang menurut saya bentuk lain dari lagu kebangsaan bertemakan kemanusiaan misalnya Iksan Skuter dengan lagu-lagunya, Jason Ranti dengan lirik-lirik puitisnya menohok telinga kaum konservatif. 

Dalam salah satu lagunya Iksan Skuter yang berjudul "Bingung" pada bagian "Menjadi manusia yang manusia" Memangnya manusia yang memanusiakan manusia itu bagaimana dan apa bentuknya, tentu akan ada kontradiksinya yaitu manusia yang tidak manusia. 

Manusia yang manusia 

Dari kalimat tersebut, mungkin kata manusia yang pertama menunjukkanarti  manusia hari ini. Sedangkan manusia yang selanjutnya, mengartikan yang secara hakikat yaitumanusia bermoral. 

Adanya industrialisasi dan globalisasi dengan jam yang dalam sehari diatur selama 8 jam, sehingga dalam seminggu waktu untuk bercengkerama keluarga, teman menjadi berkurang. Dan hal ini yang membuat hubungan sosial yang humanis dan sadar atau tidak sadar pasti akan terkikis perlahan. 

Hari ini

Industrialisasidan globalisasi yang terjadi hari ini membawa gaya yang katanya wah kebarat-baratan.  Dalam berperilaku misalnya, terkikisnya etika dan batas-batas antara masyarakat; golongan muda dan golongan tua. Seperti contoh memanggil orang yang melahirkan kita ke dunia dengan namanya langsung, cukup bergeser ke mahabarata  barat-baratankan?  

Lagi-lagi masyarakat salah persepsi dan sehingga arti dan implementasi 'kemanusiaan'  semakin salah kaprah. Salah satu bentuk ketidakmanusiaan yang terbesit dalam pikiran saya adalah peristiwa-peristiwa yang menindas Hak Asasi Manusia dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam negerikita tahu benar kasus-kasus yang melanggar Hak Asasi Manusia misalnya Marsinah. Pekerja buruh wanita yang memperjuangkan kenaikkan upah buruh sebesar20 persen,  dengan mengkomando tenaga kerja lainnya untuk melakukan aksi mogok kerja. 

Apa yang diperjuangkan oleh Marsinah diganjar tindakan represif aparat negara. Semua orangpun tau hasil visum pada tubuh Marsinah. 

Tindakan yang diambil oleh aparat negara tersebut. Hal ini semakin membuat saya heran apa itu semurni-murninya aparat waktu itu dan sesuai dengan amanat peraturan. Atau  ada hal lain? 

Sama halnya dengan apa yang masyarakat Rohingnya rasakan meskipun disini konteksnya bukanlah isu nasional. Aparat berdalih bahwa tindakan tersebut adalah bagian dari pengamanan nasional. 

Tentunya hal ini menimbulkan klise yang membuat telinga kita pekak, kita tau benar apabila dalam suatu negara terdapat konflik antar etnis tentunya pemerintah sebagai pengayom rakyatnya dapat menyelesaikan konflik tersebut tanpa menambah masalah baru meskipun hal ini terdengan utopis. Tindakan represif pada satu golongan saja memanglah sangat murni. Murni membuat saya tertawa tiada henti. 

Apa alasan aparat bertindak demikian, apa letak hatinya tidak sama dengan masyarakat pada umumnya sehingga tidak terbesit beberapa hal tentang kemanusiaan. Apa kita juga diharuskan menangkap perilaku yang demikian sebagai bentuk murni manusia yang sering kali berbuah khilaf? Tentu tidak. 

Mereka hanya patuh pada perintah penguasa. Ah, berapa harga untuk kemanusiaan.  Mungkin ia dapat dibeli oleh uang dan terdapat pada etalase toko-toko besar hingga toko kelontong sekalipun yang tentunya pajak tetap diserap oleh parasit yaitu negara.

Definitif

Definisi kata Kemanusiaan yang saya dapat dari rumah hingga jalanan cukup sederhana yaitu memberi tanpa tapi. Maksud memberi disini adalah berbagi apapun itu bentuknya baik kebahagiaan atau hal lain. 

Sedangkan 'tanpa tapi' artinya efek setelah kita sudah memberi, harusnya kita tidak membutuhkan imbalan atas pemberian kita. Mungkin sebagian pembaca akan mencemooh saya dengan tangan menuding keatas dan mengucapkan beberapa patah kata "lalu dengan apa kami bisa makan?" dengan  

Disini kita membutuhkan rasa syukur yang cukup, sedikit  kebahagiaan ketika melihat orang lain bahagia adalah salah satu bentuk dari kemanusiaan. Kemanusiaan dapat diciptakan dalam segelas kopi tanpa atau ada rokok.

Kemanusiaan menurut saya itu kopi, kopi, dan ngopi. Berbincang tanpa adanya sungkan-sungkanan. Membagi kopi kepada orang lain yang kebetulan saat itu sama-sama ngiup adalah sedikit banyaknya implementasi sederhana dari apa yang saya sebutkan diatas. Syukur-syukur sewaktu ngiup diberikan rokok satu pack. Dasar tidak tau diri saut temanku. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun