Cukuplah aku dan cerpen saja hari ini.
Kalimat itu terngiang berulang ulang dikepala Santoso, Santoso pemuda idealis yang kesepian. Mencari cara agar tetap bersemangat berbagi, meskipun kadang ia lupa berbagi tidak harus lewat tutur kata.
Hari ini tulisannya tidak banyak, hanya berupa seonggok gumpalan. Ia tidak meminta orang lain untuk mengerti maksudnya, tidak juga mencari ketenaran untuk memenuhi eksistensi diri.
"Hai Santoso" Sapa Andini dalam mimpinya
"Hari ini kau lelah, aku tau. Tulang punggungmu makin hari makin rapuh kenapa? Kalau kuterka tidak mungkin karena makanan dan rokokmu, tapi apa?" Lanjut Andini
Santoso tidak bisa menjawabnya, mulutnya terkunci rapat bahkan untuk sehelai rambutnya tidak bisa melewatinya. Walau ada kata yang meronta dibalik mulutnya.Â
"Aku tidak tau, maaf aku tidak ada disana San. Bagaimana kalau untuk menebudnya aku menemanimu jalan-jalan di taman malam ini?" Pinta Andini
Lagi-lagi Santoso tidak bisa menjawabnya, tapi isyarat anggukan kepala mengiyakan dapat ditangkap oleh Andini.
"Baiklah, mari. Akan kutunjukkan tempat yang indah untukmu, tempat diman siapapun akan terkagum-kagum atas ciptaan-Nya"
"Kau tau San, sebenarnya aku juga kesepian disini. Hanya berharap kau letih dan mau kutemui, meskipun aku tidak ingin melihatmu dalam keadaaan seperti terus-menerus. Maaf, aku hanya rindu"