Mohon tunggu...
Ari Nurhamdiyah
Ari Nurhamdiyah Mohon Tunggu... -

human being. often do any mistakes. a part of UIN SUKA JOGJA '15.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Renungan untuk Mahasiswa

5 Desember 2015   15:18 Diperbarui: 5 Desember 2015   15:22 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan setelah lulus SMA memang terkadang mulai menimbulkan depresi bagi sebagian generasi muda. Lulus dari SMA menuntut kita untuk mulai menentukan pilihan. Apakah kita akan memilih untuk memperpanjang masa remaja kita sebagai seorang mahasiswa atau kita akan mulai kehidupan sebagai orang dewasa yang mulai mencari pundi-pundi rejeki. ­­­­Menurutku, masa-masa lulus SMA adalah masa-masa pemaksaan waktu untuk menjadi dewasa dengan menentukan sebuah keputusan pelik. Dimana suasana SMA yang kental akan waktu bersenang-senang harus diakhiri dengan paksa karena sebuah keadaan.

Menjadi dewasa seakan bukan merupakan pilihan kami. Siapa yang ingin tumbuh menua dengan bermacam-macam tanggung jawab pelik di kehidupannya? Rasanya hidup sudah kepalang berengsek untuk kami pikirkan, pasalnya pilihan yang ada di kepala kami hanyalah menjadi pegawai sekarang atau nanti? Dipungkiri atau tidak, nyatanya cita-cita terbesar masyarakat Indonesia hanyalah sebatas menjadi pegawai. Jadi, yang menjadi pembeda dalam pikiran kita saat itu hanyalah apakah kita ingin menjadi pegawai lulusan SMA atau sarjana?

Kebanyakan memang ingin melanjutkan pendidikan dengan menjadi seorang mahasiswa. Alias menjadi seorang yang sedang berusaha memperpanjang masa bermain, menunda masa dewasa datang, menghindari tanggung jawab, mencoba menjadi anak yang terus-terusan di perhatikan orang tua, menjadi seorang pengangguran yang tidak kentara. Bukankah itu semua memang kedok seorang mahasiswa?

Sedangkan bagi mereka yang memilih bekerja setelah lulus SMA menjadi sebuah tantangan yang berat. Kebanyakan mereka yang tidak memiliki biaya memang tidak memiliki pilihan untuk melanjutkan pendidikannya, jadi mereka harus bekerja untuk melanjutkan hidupnya dan keluarganya. Sayangnya, lapangan pekerjaan bagi seseorang lulusan SMA tidaklah memiliki banyak pilihan. Susah untuk berkarir dalam arti yang sebenarnya untuk para pemegang ijazah SMA. Lantas apakah kita akan terus menjadi rantai terbawah sebuah pekerjaan? Memang kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan kita sendiri dengan berbisnis, namun kenyataannya disekolah kita hanya dibekali keterampilan meghitung fisika atau berkutat dengan rumus-rumus kimia yang nyatanya tidak banyak membantu dalam kehidupan sebenarnya, lantas untuk menciptakan sebuah lapangan pekerjaan sendiri menjadi pilihan kesekian jauh dibawah pilihan menjadi pegawai ataupun karyawan.

Mari kita mengatakan bahwa mereka yang bisa menjadi mahasiswa adalah orang yang beruntung. Namun, banyak yang tidak bersyukur atas keberuntungan tersebut. Menjadi seorang mahasiswa tidaklah murah. Apalagi jika memilih untuk merantau. Namun, terkadang banyak mahasiswa yang masih belum memiliki mimpi hal apa yang hendak mereka lakukan di masa datang.

Disaat orang tua memeras banyak keringat untuk mengirimkan uang agar kita tidak kelaparan di kota orang, kita hanya bisa mengeluh dengan semua tugas yang ada. Disaat orang tua kita mendoakan keselamatan kita, kita hanya berdoa agar dosen berhalangan dan kelas diliburkan. Disaat orang tua kita rela berhemat demi mencukupi uang bulanan kita, kita hanya berusaha memaksakan mencontoh gaya hidup para hedonis.

Jika kita berangkat menjadi mahasiswa karena niat yang salah, please guys, we are not a child anymore. Jika kalian mencari alasan bahwa kalian dipaksa ortu lah, jurusan itu bukan passion kalian lah atau apapun lainnya, coba sekali saja berpikir bahwa diluar sana banyak yang tidak seberuntung kalian. Mengapa kita tidak bersyukur saja atas hidup yang tengah kita jalani? Toh mengutuk apa yang ada juga bukan sebuah penyelesaian. Coba berpikir berapa banyak waktu yang terbuang dengan hidup kalian yang seperti itu-itu saja? Karena waktu adalah hal yang paling mahal bagi seorang manusia. kalian tidak akan bisa membeli waktu dimanapun, walaupun kalian akan memberikan nominal yang besar untuk itu.

Pastinya kita tidak ingin menjadi satu dari sekian banyak sarjana yang menganggur. Bukankah kita harusnya menjadi salah satu yang menyelesaikan masalah bangsa yang makin pelik bukan menjadi salah satu bagian dari masalah bangsa itu sendiri?

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun