Mohon tunggu...
Rakhmat Ari Nugroho
Rakhmat Ari Nugroho Mohon Tunggu... -

Lahir di Kebumen 3 Januari 1990. Seorang mahasiswa ilmu perpustakaan di UT. Sedang merampungkan buku antologi bersama teman-teman.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kehancuran

14 Maret 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tersentak, mata membelalak, jantungpun seakan berhenti berdetak. Saat kau lakukan itu, kau telah robek hatiku yang lembek.. seribu juta waktu yang aku makan bersamamu hanya jadi percuma dan sia-sia…

Saat kau katakan kau telah memilihnya, akupun membentakmu..

“Hey,, kau tak pikirkan hatiku, kau itu punyaku, kau itu kekasihku…”

Kau cuma tersenyum, seakan bangga merusak hatiku, seakan menang pertempuran perang..

“Kau tahu, aku memilihmu karena kau mirip dengan kekasihku yang dulu, dia juga telah menghancurkanku, namun belum sempat aku membalas dendam, dia telah di panggil Tuhan…

Kaulah yang pantas untuk mengekspresikan dendamku.. aku minta maaf, kejujuran memang lebih baik, dan sekalipun kejujuran adalah menyakitkan..” katamu seperti itu..

Ah.. ini benar-benar gila…?!! seerror itukah isi otakmu..???

Aku benar-benar hancur, tak aku bayangkan ide seaneh itu caramu membalas dendam…

Aku rapuh, aku jatuh, aku luluh, sekaipun kau minta maaf, aku sulit menerima kenyataan ini

Dan aku tuliskan sebuah pesan untukmu:

“Maaf itu sakit, aku tak mampu bangkit..

Maaf itu lara, segala jadi percuma..

Maaf itu hancur, air mataku terus mengucur..

Maaf itu remuk, aku tak mampu menahan amuk..

Dan maaf itu…

Ah sudahlah, aku belum bisa memaafkanmu..

Itu ide terkonyol yang pernah aku dengar, juga pernah aku rasakan efeknya…”

Kini aku mencoba bangkit dari kehancuran sebuah cinta.Terlalu naif kalau menjalani hidup yang lurus-lurus saja, karena hidup memang terkadang indah dan menyakitkan,namun cukup sekali ini sajaaku rasakan terlalu jatuh,rasakan sebuah cita cinta yang terbunuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun