Mohon tunggu...
Dimas Wibisono
Dimas Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Akademisi di salah satu universitas di Riyadh, Arab Saudi

Lahir, membesar dan sekolah di Yogyakarta. Sampai kini masih belajar sambil mengajar di lingkungan pendidikan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Berkendara pada Jalanan Curam dan Panjang Awas Rem Blong

22 Agustus 2023   22:15 Diperbarui: 22 Agustus 2023   22:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Beberapa tahun terakhir jumlah lokasi wisata di Kabupaten Gunung Kidul naik secara kasat mata. Setiap tahun selalu muncul lokasi wisata baru yang segera viral setelah diposting di grup whatsapp. Jenisnya bervariasi, ada wisata kuliner, pemandangan pantai, bukit & lembah, atau kombinasi dua-tiga jenis wisata itu. Saya perhatikan, kebanyakan lokasi wisata baru tempatnya agak terpencil, hanya bisa didatangi melalui jalan kabupaten atau jalan lokal yang belum semantap jalan nasional atau jalan propinsi. Hampir semuanya ada bagian jalan yang menanjak dan menurun tajam, kadang-kadang cukup panjang, yang menuntut pengendara mobil dan motor untuk lebih berhati-hati.

Beberapa lokasi wisata baru itu sudah saya kunjungi, diantaranya Tumpeng Menoreh, Watu Langit, Wedi Amba, dan lain-lain. Semuanya ada bagian ruas jalan yang naik-turun tajam dan cukup panjang. Hanya saja selama ini masih aman-aman saja. Tikungan tajam disertai tanjakan dan turunan curam masih dalam batas kompetensi saya sebagai pengemudi dan kemampuan mesin dan mekanik mobil sejuta umat milik saya: Daihatsu Xenia. Sampai suatu ketika mobil saya mengalami rem blong pada suatu turunan curam di daerah Tulung Agung, Jawa Timur. Beruntung Tuhan mengirimkan 'dewa penyelamat', yang memungkinkan saya bisa menuliskan kisah ini sebagai pembelajaran bagi para pembaca.

Ceritanya, hampir seluruh ruas jalan di Pulau Jawa sudah pernah saya jelajahi menggunakan mobil selama puluhan tahun setelah saya memiliki SIM A sejak tahun 1984. Jalur Pantai Utara (Pantura) mulai dari Merak sampai Surabaya lewat Semarang, jalur tengah-selatan (Jakarta-Bandung-Yogyakarta-Madiun-Surabaya-Banyuwangi) sudah beberapa kali saya lalui. Yang belum pernah saya jelajahi adalah jalur selatan Jawa Barat (Pelabuhan Ratu-Pamengpeuk-Pangandaran) dan jalur selatan Jawa Timur (Pacitan-Blitar-Banyuwangi). Nah pada Oktober 2022 saya bermaksud menyusuri jalur selatan ini mulai dari Yogyakarta kearah Wonosari-Pacitan-Blitar-Malang menggunakan mobil Daihatsu Xenia tahun 2016. Saya sudah mencatatkan 50.000 kilometer dengan mobil ini, sehingga yakin akan kemampuan dan daya tahannya yang sudah teruji.

Perjalanan dari Yogya sampai Pacitan masih terasa mulus. Jalannya lebar, rata, halus, pemandangan yang menarik, karena baru kali pertama melalui jalur ini, sehingga terasa mengasyikkan. Dari Pacitan kearah Blitar ada dua pilihan: pertama lewat Ponorogo-Trenggalek-Tulung Agung (jalur utama, melalui jalan raya nomor 3), kedua melalui Ngadirojo-Dongko-Gandusari-Durenan-Tulung Agung. Saya memilih yang kedua karena ingin merasakan sensasi menyusuri JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan).

Ternyata jalannya sempit, kasar, bergelombang, permukaan jalan masih berupa aspal lama (macadam, bukan beton aspal yang mulus), dan yang paling memberatkan: berkelok-kelok, naik-turun, kadang sangat curam. Yang saya terlambat menyadari: mobil dan pengemudinya tidak siap untuk mengarungi medan ekstrim ini. Ketika hampir mendekati batas akhir medan yang berat ini ada tanjakan yang sangat panjang, kemudian turunan panjang dengan banyak tikungan tajam. Saya menggunakan gigi 2-3 secara bergantian dan seringkali melakukan pengereman untuk menahan laju kendaraan sebelum memasuki tikungan.

Pada tikungan dan turunan tajam kira-kira 500 meter yang terakhir, ketika saya injak pedal rem ternyata kosong (daya pengereman hilang). Beruntung sekali didepan saya ada mobil pick up kosong (tanpa muatan). Tidak terhindarkan lagi, mobil saya 'mencium' bak mobil pick up tersebut dan menempel terus karena rem tidak berfungsi sama sekali. Pengemudi pick up itu sangat sigap dan paham bahwa rem mobil saya blong, segera menghentikan mobil (remnya cukup kuat untuk menahan dua mobil sekaligus pada jalan menurun tajam). Orang yang duduk di sebelah pengemudi segera keluar, mengambil batu besar untuk diletakkan di depan ban belakang mobil saya. Jadilah mobil saya berhenti sempurna dengan aman karena ditahan batu besar itu. Kelihatan sekali mereka gembira karena kami sekeluarga selamat. Menurut penuturan penduduk sekitar, baru saja sehari sebelumnya terjadi kecelakaan karena rem blong pada lokasi yang sama.

Kasus rem blong umumnya terjadi akibat kanvas rem panas karena digunakan secara terus-menerus. Biasanya setelah dibiarkan beberapa saat akan 'sembuh' dengan sendirinya. Kami behenti di jalan menurun itu sekitar 10 menit. Ketika pedal rem coba diinjak dan sudah terasa 'menggigit', maka kami bisa langsung meneruskan perjalanan dengan aman.

Perjalanan kami masih berlanjut, malam itu menginap di Malang, kemudian keesokan harinya dilanjutkan ke Bangkalan (Madura), dan hari itu juga langsung pulang, sampai rumah di Yogya sudah malam, aman dan selamat. Akibat benturan itu bagian depan mobil saya penyok, kap mesin dan rangkanya tertekan masuk, gril depan patah, tapi lampu-lampu masih utuh dan tetap berfungsi. Yang membuat kami heran, mobil pick up itu sama sekali tidak terluka, pengemudinya juga tidak marah, dan tidak minta ganti rugi. Alhamdulillah, kami masih dilindungi oleh Allah SWT.

Pembelajaran yang saya dapat dari pengalaman itu adalah: jangan sekali-kali hanya mengandalkan rem untuk menahan laju kendaraan pada turunan tajam, harus dibantu dengan pengereman mesin (engine brake). Jika turunan tajam dan cukup panjang, sementara daya cengkram rem terasa mulai berkurang, cobalah dicari bagian yang agak datar untuk berhenti sejenak mendinginkan sistem rem. Dan tentu saja, jangan lupa disertai doa, karena tidak ada sesuatu yang akan terjadi, kecuali hanya atas izinNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun