Dalam seminggu terakhir ini listrik di rumah saya mati dua kali untuk jangka waktu yang cukup lama, masing-masing lebih dari dua jam. Padahal saya baru saja hendak memberikan apresiasi, bahwa kwalitas layanan listrik sekarang sudah bagus, tegangan tidak lagi naik-turun dan hampir tidak pernah terjadi mati lampu, kalaupun sampai aliran listrik terputus, paling hanya beberapa menit, kemudian lampu menyala kembali.
Saya teringat ketika masih tinggal di Inggris selama lima tahun penuh dari 1997 sampai dengan 2002. Sepanjang masa itu tidak pernah sama sekali terjadi gangguan layanan listrik seperti tegangan naik atau turun melebihi batas toleransi yang dapat merusak peralatan rumah tangga, atau aliran listrik terputus, meskipun sekedar beberapa detik, yang tidak akan menggangu kegiatan rumah tangga.
Padahal listrik disana dipasok oleh gabungan antara perusahaan daerah (BUMD, contohnya Yorkshire Electricity), perusahaan negara (BUMN, contohnya British Gas) dan swasta (contohnya Nu Gas). Setiap pelanggan (rumah tangga atau perusahaan) boleh memilih pemasok yang mana, listrik dialirkan melalui kabel yang sama, dan harganya bersaing diantara batas atas dan batas bawah.Â
Hal semacam ini dapat terlaksana karena adanya kesepakatan kerjasama antar ketiga jenis perusahaan tersebut (BUMD, BUMN, dan swasta). Yang jelas, kwalitas listrik (tegangan 220 volt, frekwensi 50 Hz) seragam, sehingga aman dialirkan melalui kabel yang sama. Saya sendiri memilih memakai Yorkshire Electricity, sama dengan penghuni rumah sebelumnya. Tapi ada beberapa teman yang pindah pemasok, karena ada iming-iming bonus kalau membayar tagihan listrik secara 'direct debit'.
Pernah pada suatu malam 'power unit' di komputer saya (model desk top) 'meledak'. Saya telpon ke Yorkshire Electricity, karena menyangka tegangan naik tiba-tiba. Petugas segera datang dalam kisaran 15-20 menit, untuk memeriksa kabel-kabel di apartemen saya, meskipun saat itu jam menunjukkan pukul 01:00 tengah malam. Saya jadi paham, bahwa di negara barat, pelanggan adalah raja, yang harus dilayani dengan kadar segera. Betul-betul perusahaan ini peduli (tanggap) pada keluhan pelanggan.
Pernah juga terjadi, angka meter yang tertera di surat tagihan lebih tinggi dari yang tercantum di meteran. Ketika saya telpon, mereka mempersilakan saya membacakan angka yang benar, dan surat tagihan yang baru segera datang 1-2 hari kemudian, dengan angka persis sama seperti yang saya laporkan.
Kasus yang persis sama (angka yang ditagihkan lebih tinggi dari yang tertera di meter) terjadi beberapa tahun kemudian di Lampung, ketika saya sudah kembali ke tanah air. Beda perlakuannya: saya harus melapor ke kantor pusat PLN di kota (jauh dari rumah), kemudian saya harus menunggu beberapa hari untuk petugas melakukan pengecheckan meter di rumah, dan menunggu beberapa hari lagi untuk diterbitkan surat tagihan pengganti. Baru setelah itu saya bisa melakukan pembayaran, tapi di kantor pusat, bukan di titik pembayaran biasanya dekat rumah saya. Jadi saya kehilangan banyak waktu dan biaya yang seharusnya tidak perlu.Â
Waktu itu saya ingat betul semboyan PLN adalah 'Kami Peduli'. Peduli yang bagaimana? Kalau seperti ini jelas merepotkan dan merugikan pelanggan.
Saya gagal faham, kenapa sampai sekarang belum juga diberlakukan persaingan pasar yang sehat dalam hal penyediaan jasa layanan listrik. Sementara pada komoditas jasa yang lain (misalnya komunikasi, telpon selular) sudah terbukti hasilnya baik (harga turun, kwalitas naik). Memang adanya persaingan usaha yang sehat akan memacu penyedia jasa meningkatkan kwalitas layanan, sekaligus menurunkan harga, dan menjaganya, agar produknya tetap menjadi pilihan banyak pelanggan.
Saya sungguh sangat berharap, kejadian listrik mati hari ini adalah yang terakhir dan tidak akan terulang lagi, kecuali ada pemberitahuan sebelumnya. Kalau di negara lain bisa, kenapa PLN kita tidak?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI