Tema Esai : SDGs poin 6 Air Bersih dan Sanitasi
Latar Belakang
Air minum dan sanitasi yang layak merupakan kebutuhan dasar manusia. Salah satu pandangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di bidang lingkungan hidup adalah menjamin akses universal terhadap air minum dan sanitasi bagi semua orang,
karena air dan sanitasi merupakan hak asasi manusia yang mendasar untuk menikmati taraf hidup yang layak.
Sanitasi diartikan sebagai proses pembersihan dan penjernihan air agar dapat digunakan dengan aman. Yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, mempunyai mutu yang memenuhi syarat higienis dan dapat
diminum setelah dimasak.Â
Air minum dan sanitasi yang layak merupakan kebutuhan dasar manusia dan salah satu landasan penting bagi masyarakat yang sehat, sejahtera, dan damai. Beberapa rumah tangga di Indonesia tidak mempunyai layanan dasar ini. Sistem air minum dan sanitasi yang baik memberikan manfaat, termasuk perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia. Sanitasi air minum diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, dengan fokus pada pemantauan berbagai faktor lingkungan untuk mencegah penyakit lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Permasalahan air minum sangatlah penting dan masih menjadi permasalahan utama di sebagian wilayah Indonesia. Manusia tidak bisa hidup tanpa air karena keberadaan air sangat penting untuk menunjang aktivitas manusia sehari-hari. Untuk mendapatkan air bersih, kita juga perlu memastikan sanitasi yang baik. Air bersih dan sanitasi yang memadai dapat mencegah infeksi berulang, mencegah diare, mencegah penyakit akibat feses beracun, serta mencegah malnutrisi dan stunting. Ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik merupakan hal penting dan berdampak besar dalam menurunkan stunting. Sebab salah satu penyebab stunting adalah sanitasi yang buruk.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat akses terhadap air minum aman di Indonesia saat ini berada pada angka 72,55%. Angka ini masih jauh di bawah target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sebesar 100%. Setidaknya 33,4 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum dan 99,7 juta orang tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang baik. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1,7 juta anak meninggal setiap tahun akibat pencemaran lingkungan dan 74 juta orang terancam hidupnya karena penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air, kondisi sanitasi yang buruk, dan kebersihan yang buruk.Â
Oleh karena itu, sanitasi dan kebersihan air merupakan masalah yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia. Tanpa sumber air yang dapat
diandalkan, sanitasi dasar dan kebersihan air minum hampir mustahil tercapai, yang akan menempatkan masyarakat pada risiko lebih besar terhadap kesehatan buruk dan penyakit berbahaya. Misalnya saja penyediaan air bersih dan sanitasi yang berperan penting dalam mengurangi stunting karena berkaitan erat dengan upaya pencegahan infeksi.
Pembahasan
Kurangnya air bersih menjadi penyebab utama terjadinya stunting pada anak di bawah 5 tahun. Adanya air minum di Indonesia dan kebiasaan memasak air minum akan mengurangi risiko terjadinya wabah diare akibat kurangnya air minum dan kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih memilih bubur. Berdasarkan studi yang dilakukan Survei Ekonomi dan Sosial Nasional (Susenas) tahun 2010, terdapat korelasi negatif antara peningkatan akses terhadap air minum dan perbaikan sanitasi pada skala nasional menyebabkan kematian seorang anak. Oleh karena itu harus diperhatikan dengan atau cara untuk memerangi stunting dengan menyediakan air minum atau sanitasi yang memadai kepada masyarakat Indonesia (Olo et al., 2021; Sinatrya & Muniroh, 2019;Syam & Sunuh, 2020).
Stunting adalah pertumbuhan akibat kekurangan gizi dan terbatasnya akses kesehatan dan sanitasi pada balita (UNICEF et al., 2021). Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang kita hadapi di seluruh dunia, terutama di negara-negara miskin dan berkembang. Kondisi tersebut diukur dengan panjang atau tinggi badan yang minus dua standar deviasi dari rata-rata Standar Perkembangan Anak WHO. Sekitar 151 juta an di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. WHO dan UNICEF melaporkan prevalensi stunting pada anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2019 sebesar 21,3% (Pangaribuan et al., 2022). Artinya belum memenuhi standar yang ditetapkan WHO sebesar 20%. Oleh karena itu, prevalensi stunting dapat dikatakan tinggi karena lebih tinggi dari angka standar yang ditetapkan WHO (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2018). Secara umum penyebab gizi buruk stunting terbagi menjadi 3 kelompok yaitu masyarakat, keluarga dan individu. Faktor-faktor di tingkat masyarakat yang dapat berkontribusi terhadap stunting meliputi sistem ekonomi, pendidikan, layanan kesehatan,
sanitasi, dan sistem air bersih (Kwami et al., 2019). Kondisi lingkungan seperti air
bersih dan sanitasi yang buruk menjadi faktor penyebab tumbuh kembang anak tidak optimal. Lingkungan merupakan faktor tidak langsung terjadinya retardasi pertumbuhan pada anak. Kualitas air bersih, sanitasi dan kebersihan yang buruk terbukti menjadi faktor penyebab terjadinya stunting (Hartati & Zulminiati, 2020). Sanitasi dasar seperti kualitas air minum, kualitas air bersih, metode pengolahan tinja dan air limbah serta pengelolaan limbah yang buruk merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pencernaan. Gangguan pencernaan dan penyerapan nutrisi disebabkan oleh penyakit menular (Danaei et al., 2019). Infeksi yang terjadi pada bayi dapat menyebabkan penurunan berat badan. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa asupan nutrisi yang cukup untuk penyembuhan luka, dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Aprihatin et al.,2021). Hal ini menyoroti pentingnya melanjutkan pemantauan sanitasi melalui pemeliharaan rutin untuk menghindari kemungkinan ancaman buruk terhadap kesehatan, terutama yang berisiko mengalami stunting dan malnutrisi. Pemegang kebijakan terkait perlu memiliki peraturan yang tepat sebagai tolok ukur agar mereka dapat melakukan
ekspansi secara luas (Romana & Sharma, 2019). Menurut penelitian Smith (2020) di Indonesia, ditemukan bahwa peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai di banyak wilayah di negara ini dikaitkan dengan penurunan angka stunting pada masa kanak-kanak. Temuan ini menyoroti pentingnya upaya untuk meningkatkan infrastruktur air minum dan sanitasi di komunitas marginal. Kebijakan dan program yang mendorong akses universal terhadap
air bersih dan sanitasi merupakan kunci untuk mengatasi stunting pada anak.
Kesimpulan
Air minum dan sanitasi yang layak  merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Air minum dan sanitasi yang memadai masih menjadi masalah utama bagi masyarakat Indonesia. Khususnya pada balita, kurangnya air bersih dan sanitasi menjadi penyebab utama terjadinya stunting pada anak. Faktor sanitasi yang buruk antara lain kurangnya
air minum yang bersih, penggunaan fasilitas sanitasi yang tidak higienis, dan perilaku cuci tangan yang buruk sehingga dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi yang terjadi pada balita dapat menyebabkan penurunan berat badan. Jika kondisi tersebut tidak segera diatasi selama proses penyembuhan, maka dapat menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang pada anak. Stunting merupakan kondisi terhambatnya tumbuh kembang anak akibat kurangnya gizi, jaminan kesehatan, dan kebersihan lingkungan
bagi anak. Yang mengkhawatirkan, akibat stunting pada anak bisa berujung pada kematian. Pendekatan masyarakat lokal juga diperlukan dengan mengamati situasi
stunting aktual di daerah tersebut dan menilai daerah mana yang perlu perbaikan, kemudian mengidentifikasi kemungkinan langkah atau tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, misalnya dengan memberikan informasi pentingnya air bersih dan sanitasi dalam mempengaruhi stunting pada anak.
Daftar Pustaka
Rahayuwati, Laili et al. "Pencegahan Stunting melalui Air Bersih, Sanitasi, dan
Nutrisi." Jurnal Warta LPM 25, no. 3 (2022): 357 dan 358.
Maryani, Febry Rahma dan Mandagi,Ayik Mirayanti."Hubungan Sanitasi  Lingkungan dan Kualitas Air Dengan Kejadian Stunting:Systematic Review." Jurnal Kesehatan Masyarakat 7, no. 1 (2023): 413.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya