Teknologi informasi dan komunikasi saat ini berkembang dengan pesat yang menyebabkan perubahan di segala aspek kehidupan manusia, termasuk perubahan perilaku saat berinteraksi dengan sesama manusia. Saat ini media sosial menjadi kebutuhan di kalangan masyarakat karena tidak ada keterbatasan ruang dan waktu yang memudahkan antar manusia dalam berkomunikasi ataupun bertukar informasi tanpa dibatasi oleh batas geografis.
Setiap tahunnya para pencipta teknologi berusaha memberikan inovasi terbaru dengan menambahkan fitur-fitur menarik ke dalam media sosial sehingga dapat bersaing dan menjadi media sosial unggulan dari pada media sosial lainnya, seperti TikTok, Facebook, Twitter, Instagram, Youtube. Akan tetapi yang menjadi fenomena disini adalah Aplikasi Tiktok yang menduduki peringkat pertama. Apa itu Tiktok?. Tiktok adalah aplikasi media sosial dan platform video musik yang berasal dari Tiongkok diluncurkan pada September 2016 oleh Zhang Yiming. Indonesia sendiri memiliki pengguna aktif aplikasi tiktok sebanyak 10 juta setiap bulannya dan sebagian besar pengguna aktif aplikasi tiktok ini adalah para remaja. Keberadaan aplikasi TikTok dapat mempengaruhi di segala aspek yang memiliki dampak positif dan negatif khususnya kepada para remaja. Dari segi positif aplikasi TikTok memiliki manfaat untuk remaja yaitu aplikasi Tiktok yang berbasis video dan musik dapat mendorong kreativitas dalam mengekspresikan diri sehingga dapat melatih remaja atau anak anak untuk mengasah skill editing video untuk konten yang lebih bermanfaat.
  Bukan berarti " tak ada gading yang tak retak" meskipun memiliki sederet hal positif, tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus dan ini perlu membutuhkan kajian mendalam karena ambisi para pengguna TikTok yang ingin segera naik daun ataupun viral, mereka rela melakukan segala cara agar karyanya sukses menjadi popularitas dari pengguna lainnya, meskipun keluar dari nilai-nilai moral dan budaya Indonesia. Fenomena ini sudah banyak dan lumrah ditemukan di aplikasi ini. Mulai dari menampilkan aktivitas sensual, mengumpat dengan kata-kata kotor yang tidak pantas, hingga melakukan hal yang merugikan orang lain. Iya, dengan cara itulah para pengguna Tiktok menjadi terkenal secara instan. Dengan banyaknya postingan yang tidak pantas tentunya akan berefek pada generasi-generasi berikutnya sehingga nilai moral dan nilai budaya akan semakin luntur di masa mendatang.
  Mengapa hal ini bisa terjadi, karena para generasi Z melepas nilai-nilai yang ada dalam dasar negara kita. Seperti yang kita ketahui selain sebagai dasar negara, pancasila memiliki kaidah dan nilai yang fundamental bagi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila juga berperan sebagai pedoman hidup dan beretika dalam kehidupan sehari-hari. Kelima sila yang terkandung dalam Pancasila memiliki kaidah dan nilai masing-masing yang dijadikan pedoman dan etika dalam kehidupan sehari-hari, termasuk etika dalam membuat konten Tiktok.
- Pada sila pertama berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa" bagi masyarakat yang berpegang teguh dan percaya adanya Tuhan, tentu mereka akan takut ketika melakukan sesuatu yang amoral.Â
- Pada sila kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" sila ini mengajarkan pada kita untuk saling menghargai satu sama lain, tidak boleh melakukam diskriminasi dan juga menjaga adab dan etika pergaulan dalam melakukan sesuatu.Â
- Kemudian, dalam sila ketiga "Persatuan Indonesia" mengajarkan arti pentingnya persatuan, untuk itu kita harus bisa menjaga kerukunan, ketentraman, dan perdamaian dalam masyarakat sekitar dan juga kita dilarang keras untuk melakukan sesuatu yang provokatif, anarkis, dan merugikan orang lain.Â
- Pada sila ke-empat "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawarakatan perwakilan" sila ini mengajarkan kita arti penting menghargai pendapat orang lain, mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan lebih berhati-hati dalam bermedia sosial memberikan pendapat atau komentar.Â
- "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" mengajarkan kita untuk senantiasa menerapkan perilaku adil , dan tidak melakukan kegiatan merusak dan merugikan kepentingan umum
Kemudian bagaimana caranya agar kaidah dan nilai Pancasila dapat tersampaikan kepada generasi Z, khususnya para remaja pengguna sosial media. Hal ini tentu dibutuhkan peran dari berbagai lini. Mulai dari orang tua, para pengajar /guru, masyarakat, dan juga peran pemerintah. Masing-masing lini tersebut sesuai kapasitasnya diharapkan mau dan mampu menyampaikan kaidah dan nilai Pancasila sebagai pedoman hidup dan beretika dalam kehidupan sehari-hari. Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan Pancasila di kalangan remaja yaitu :
1. Â Pendidikan dan lembaga sosial untuk meningkatkan kesadaran remaja tentang nilai-nilai Pancasila, hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti program pendidikan, seminar, dan kampanye di media sosial yang positif
2. Â Pengawasan Orang tua atau pengasuh terhadap aktivitas media sosial anak anak mereka serta memberikan pemahaman tentang penggunaan yang aman dan bertanggung jawab
3. Â Adanya kolaborasi antara Pemerintah dan Platform Media Sosial dalam mengidentifikasi dan mengatasi konten yang merugikan yang dapat mempengaruhi penerapan nilai-nilai Pancasila
Indonesia membutuhkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan juga diharapkan mampu menyebarkan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial dengan menciptakan konten yang positif serta dapat melestarikan sifat gotong royong khas Indonesia. Penggunaan media sosial bisa berdampak positif dan negatif. Kedua hal tersebut harus kita pilah mulai saat ini. Fitur kemudahan yang ada di aplikasi media sosial kita manfaatkan sebaik mungkin dan menghindari tindakan yang berdampak negatif. Maka kita sebagai generasi penerus bangsa harus menggunakan media sosial sebagai sarana bersosialisasi dan mengkomunikasikan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H