Mohon tunggu...
Arini Noviawati Gunawan
Arini Noviawati Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jenderal Soedirman

I live in writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mimpi Kota Bersih: Pelajaran dari Banyumas untuk Bekasi

21 Oktober 2024   22:21 Diperbarui: 21 Oktober 2024   22:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Siang itu, setelah lama tidak menyapa kota ini kembali, kereta akhirnya berhenti di Stasiun Bekasi. Udara panas dan hiruk pikuk kota yang berisik dengan berbagai aktivitasnya masing-masing langsung menyambut begitu saya keluar dari gerbong. Tidak ada yang berubah dari Bekasi: jalanan penuh sesak, motor dan mobil berlalu-lalang tanpa henti, dan suara klakson yang memekakkan telinga. Namun, ada satu hal yang lebih menonjol dari sekadar kebisingan dan keramaian kota—tumpukan sampah di sudut-sudut jalan. Menerjang teriknya matahari siang itu justru membawa lamunan saya kepada sampah-sampah di pinggir jalan kota yang tiap beberapa meter sekali dapat ditemukan.

Langkah pertama saya di kota ini langsung membawa pikiran saya melayang, mengamati sampah-sampah yang berserakan di pinggir jalan. Tumpukan plastik, botol, dan bungkus makanan yang seakan menjadi bagian dari pemandangan kota ini. Pikiranku mulai bertanya, siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas masalah sampah ini? Apakah hanya pemerintah? Masyarakat? Atau kita semua? Atau bahkan, tidak ada yang peduli?

Jelas, ini bukan sekedar lamunan kosong. Amarah di siang terik ini menjadi kegelisahan yang sudah sepatutnya terbesit sejak lama. Mengapa baru sekarang saya terganggu? Mungkinkah, karena setelah dua tahun tinggal di kota lain, barulah muncul kontras di antara dua kota yang membuat saya tersadar—mana kota bersih dengan kota yang sampahnya di mana-mana. Hal ini juga yang mendatangkan pikiran bahwa bukan hal mustahil memiliki tiap sudut kota yang bersih, seperti Banyumas, Purwokerto.

Semakin jauh ojek online yang kutumpangi ini melaju, semakin banyak tumpukan sampah yang terlihat. Bekasi yang panas dan berdebu ini seakan-akan memperparah kekacauan lingkungan yang ada. Kota ini terasa lelah, tercekik oleh masalah yang seharusnya bisa diatasi jika ada usaha bersama. Sungguh kontras dengan Purwokerto, kota yang selalu bersih dan asri. Di sana, masyarakatnya sangat peduli dengan lingkungan. Sampah selalu dipilah dan dibuang pada tempatnya. Bahkan, banyak warga yang membuat kompos dari sampah organik.

Kenapa di Bekasi tidak bisa seperti itu? Mengapa kota saya sendiri belum mampu? Setiap saya kembali, Bekasi selalu menghadirkan kekacauan visual baru berupa sampah di pinggir jalan. Marah dan kecewa bukanlah lagi yang saya rasakan. Tetapi mulai dari mana kah untuk membenahi tata ruang kebersihan kota ini? Apakah kurangnya kesadaran masyarakat dan fasilitas yang memadai menjadi penyebab utama masalah ini? Padahal, manfaat dari lingkungan yang bersih akan kembali ke kita juga serta kebaikan bersama.

Perubahan bisa mulai dari hal sederhana, seperti membawa tas belanja sendiri dan disiplin membuang sampah pada tempatnya. Pemerintah juga perlu lebih proaktif, misalnya dengan menambah tempat sampah di lokasi strategis dan menerapkan program pengelolaan sampah yang lebih baik. Misalnya, dengan menyediakan lebih banyak tempat sampah yang mudah diakses dan menerapkan program kelola sampah seperti kota-kota yang memiliki pengelolaan sampah yang jelas dan terbukti berhasil dalam pengelolaan sampah.

Apakah pemandangan sudut kota yang dipenuhi sampah ini tidak cukup menyakitkan mata untuk menumbuhkan kesadaran? Pemandangan sampah yang berserakan lebih dari sekedar masalah estetika akan tata ruang kota dan kebersihan fisik kota. Bagi saya ini lebih dari masalah estetika. Ini adalah tentang bagaimana bumi kita ke depannya. Ini juga tentang bagaimana lingkungan membentuk kita, kesehatan kita, dan kualitas hidup kita ke depannya. Bukan hanya rapi, tetapi kebersihan kota dan bebas dari sampah mencerminkan kedisiplinan masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam mengatasi masalah lingkungan.

Pengelolaan sampah di Banyumas menjadi bukti nyata bahwa sampah dapat teratasi bahkan sampah plastik yang tidak dapat terurai sekalipun. Sebagai mahasiswa yang berkuliah di Banyumas, saya menyaksikan sendiri betapa bersihnya kota ini, terutama Purwokerto. Di daerah kos saya, sampah diangkut secara rutin. Saya seringkali melihat petugas memilah sampah di malam hari sebelum dibawa ke TPA BLE dan TPST. Pengelolaan sampah yang diberlakukan Banyumas sejak 5 tahun silam dapat ditiru oleh kota-kota lain. Programnya yang dikenal sebagai "Sumpah Beruang" (Sulap Sampah Berubah Uang), mengkolaborasikan antara masyarakat dan pemerintah. Kota yang dulunya penuh sampah ini kini telah berubah menjadi salah satu kota terbaik dalam pengelolaan sampah di Indonesia, bahkan di ASEAN.

Kontras antara dua kota ini tentu dapat dijadikan pembelajaran. Di Purwokerto, pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk menjaga kebersihan. Sampah diangkut secara rutin, tempat sampah mudah diakses, dan terdapat program khusus untuk mendaur ulang sampah plastik. Sementara di Bekasi, tumpukan sampah dibiarkan menumpuk seakan-akan itu sudah menjadi bagian dari identitas kota ini.

Saya berharap, banyaknya solusi yang ada mampu diterapkan di Bekasi secara bersama-sama oleh berbagai kalangan. Saya harap suatu saat kota saya ini dapat seperti kota lainnya yang menginspirasi kota lain juga. Dan saya yakin, itu bukan hal yang mustahil. Jika pemerintah dan masyarakat bisa bekerja sama, Bekasi suatu hari nanti bisa menjadi kota yang bersih, seperti Purwokerto, dan menginspirasi kota-kota lainnya.

referensi: goodnewsfromindonesia.id (2023, 19, Oktober). Banyumas Atasi Masalah Sampah dengan Program u201cSumpah Beruangu201d. Diakses pada 15 Oktober 2024, dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/29/banyumas-atasi-masalah-sampah-dengan-program-sumpah-beruang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun