Mohon tunggu...
Arini MaulidiaLia
Arini MaulidiaLia Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan Agama Islam
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berani berubah berani sukses

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Idealisme

3 April 2020   11:00 Diperbarui: 3 April 2020   11:10 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamualaikum wr.wb

Disini kita akan membahas tentang filsafat Idealisme. Filsafat ini berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran itu tertinggi terletak pada ide manusia.

Ciri-ciri aliran idealisme yaitu mengevaluasi, aliran ini menggunakan evaluasi esai dikarenakan evaluasi ini lebih efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal ujian.

Filsafat idealisme sangat penting dalam dunia pendidikan karena meletakkan peserta didik sebagai subjek memiliki pengetahuan yang tersimpan dalam dirinya, baik pengetahuan umum maupun agama. Sebagaimana Plato mengungkapkan bahwa rasio itu nyata dan yang nyata itu rasio. Maksudnya adalah bahwa segala yang dipikirkan manusia itu selalu bersentuhan dengan yang terlihat yan selalu berubah-berubah. 

Disinilah Hume mengungkapkan kebenaran realitas dapat ditemukan melalui berbagai pengalaman. Sentuhan rasio dan fakta terlihat inilah yg memantik hegel memunculkan metode dialektika yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini menyadari bahwa setiap pemikiran atau pengetahuan manusia itu berbeda2, sehingga membutuhkan jembatan yang menghubungkannya. Melalui jembatan sintesis inilah akan lahir pengetahuan bersama.

Dialektika ini yang menginspirasi pemikiran kant sehingga memunculkan pure reason, practical reasion dan moral judgement.
Karena pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan moral baik dalam diri maupun secara bersama. Pada titik ini, al ghazali meletakkan moral agama sebagai pengetahuan tertinggi dan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga dalam dunia pendidikan.

Disinilah tugas seorang pendidik memunculkan kedua daya dari dalam anak didiknya, baik melalui pengetahuan, keterampilan, pelatihan dan penelitian. Namun semua itu tidak bisa lepas dari kaidah-kaidah moral dalam pandangan Kant dan akhlak dalam pandangan al-ghazali. 

Menurut hegel, moralitas tertinggi di semesta ini moralitas pemikiran yang menjelma menjadi ucapan dan tindakan. Contoh sederhananya, di era 4.0 ini, untuk melihat moral seseorang bisa dilihat dari berbagai ujaran di media sosial dan lain sebagainya, karena itu merupakan penjelmaan moral pemikiran dalam bentuk ucapan. Sedangkan kesantunan adalah jelmaan dari tindakan.

Oleh karena itu, sebagai murid dan pendidik harus menjaga moral dengan baik, karena itu adalah pangkal dari kebarokahan ilmu.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun