Mohon tunggu...
Arini Ninini
Arini Ninini Mohon Tunggu... -

mencoba aktif di dunia kompasiana.tapi saya belum bisa nulis..saya hanya suka mengeluh, dan bercerita....hehehe

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sekolah Bagi Perempuan

12 November 2011   04:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:46 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mau curhat lagi tentang perempuan. Kebetulan kemarin saya habis ngopi dan diskusi bareng temen-temen. Mereka, teman-teman saya, cowok semua.Cuma saya yang cewek.

Dan diskusi pun dimulai.

“Rin, menurutmu, apa pentingnya cewek kuliah dan belajar sampai tinggi? Toh nantinya juga ngurus rumah tangga.”

“Kamu pikir kamu siapa, sok-sokan bilang gitu. Pertanyaanmu geje. Coba cari kalimat yang lebih bagus.”

“Maksudku, kebanyakan cewek setelah menikah itu jadi ibu rumah tangga. Yang kerja kerass uami. Istri enak-enakan di rumah.Kenapa mereka harus sekolah tinggi-tinggi? Apa pentingnya?”

Yah, gag sedikit yang bilang gitu: enak ya, jadi cewek?

Pertama, ini masalah pilihan dan hak. Semua punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri, termasuk cewek, termasuk hak untuk memilih bersekolah sampai tinggi, atau hanya selesai dengan menikah.

Kedua,ini masalah esensi dan tujuan belajar itu sendiri. Belajar itu tidak selalu untuk bekerja atau untuk alasan apapun. Belajar itu untuk memperkaya ilmu, memperkaya diri. Saya suka sama pernyataan Andrea Hirata dalam salah  satu novelnya:  Belajar itu tak melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu. Namun belajar itu sendiri adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri.

Ketiga, ini masalah enak-gag enak dan pengertian istilah ‘bekerja’. Secara teori, istilah bekerja itu merujuk pada kegiatan mencari uang demi keluarga dan dibatasi pada waktu, misalnya delapan jam. Bekerja mempunyai konotasi maskulin. Bekerja itu suami. Sedangkan istri yang juga mengurusi segala tetek bengek rumah tangga, anak, dan suami, dan jam kerjanya 24/7, tanpa henti tidak dianggap bekerja. Jangan beranggapan bahwa cewek/  istri itu tidak bekerja. Malah jam kerjanya lebih panjang dan tanpa henti. Kalau seperti ini, masih bisa bilang jadi cewek itu enak? Mungkin perlu dipikirkan kembali.

Lalu, apakah seorang cewek/ istri perlu bekerja atau tidak?

Itu tergantung kesepakatan dengan suami, apakah dia perlu dan boleh bekerja di luar atau cukup bekerja di rumah saja. Kalau memang penghasilan suami belum bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga, apa salah kalau istri membantu?

Dari pengakuan beberapa teman saya, sepertinya memang para lelaki ingin istrinya memprioritaskan rumah tangga: mengurus anak, rumah, dan memanjakan mereka. Di sini juga letak  pentingnya pendidikan/ sekolah. Kalau ingin anak kita pinter ya kita sebagai ‘guru’ mereka juga harus pinter. Kalau mereka (suami) pengen seneng kita juga harus pinter. Bayangin aja,ketika mereka pulang kerja, mengeluh tentang urusan kerjaan. Kalau kita gag ngerti kan jadi gag nyambung. Jadi ya, mas-mas.,.bapak-bapak,..pendidikan/ sekolah itu penting bagi semua, termasuk juga para cewek yang (mungkin) kalian pikir ‘hanya’ akan jadi ibu rumah tangga. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun