Mohon tunggu...
Arini Safitri
Arini Safitri Mohon Tunggu... Administrasi - Wanderlust

Perempuan yang punya banyak ambisi dan menyukai dunia fotografi. Gemar melakukan sesuatu yang menantang dalam hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jatuh (cinta) Paling Patah

14 November 2018   13:34 Diperbarui: 15 November 2018   17:14 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Disini gelap, Tuan

Redup, tak ada sedikitpun cahaya

Entah badai atau taufan yang telah merenggutnya

Ia melumat semuanya dengan bengis

Tak peduli pada segala isak tangis


Disini sesak, Tuan

Nafas-nafas tercekat di kerongkongan

Mencoba tetap mengatur ritme oksigen dalam-dalam

Agar jiwa tak ikut lenyap bersama cahaya yang telah padam


Disini sepi, Tuan

Yang tersisa hanyalah isak tangis

Dari jiwa yang hatinya telah dipatahkan dengan bengis

Tangannya gemetar, mengumpulkan tiap keping yang telah hancur

Mencari kekuatan dari keping-keping yang berserakan


Kini hatinya telah patah, Tuan

Patah sebelum mekar dengan seharusnya

Bengis sekali bukan !

Ketika yang tampaknya punya hati, sama sekali tak punyai hati

Ia berkedok malaikat, nyatanya iblis tanpa nurani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun