Beberapa hari yg lalu teman saya hendak meminjam buku, "Ilusi Negara Islam Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia" karya Syafii Maarif. Karena teman saya tersebut tak kunjung datang, saya coba baca baca lagi. Salah satunya saya dapet review seperti ini:Ikhwanul Muslimin di Mesir muncul sebagai bentuk protes terhadap penjajahan Inggris. Hasan Al Banna membentuk IM karena untuk melawan penjajah dan mengatasi kemunduran peradaban umat islam akibat penjajahan. Â Kemudian, Hasan Al Banna dan para pengikutnya menyerap ideologi dan gerakan fasisme Bennito Mussollini (Italia), dan komunisme Uni Soviet untuk mendukung IM mencapai tujuannya.
Kedua ideologi itu bagi Ikhwanul Muslimin lebih berguna dan menguntungkan daripada ideologi liberalisme yg dibawa Inggris saat itu. Karena liberalisme menjunjung tinggi kebebasan mencari kebenaran agamanya, sedangkan Ikhwanul Muslimin menginginkan satu kebenaran mutlak versi mereka. Kemudian Hasan al Banna berkenalan dg ideologi Wahabi. Sejak saat itulah, pola pikir totalitarianisme-sentralistik fasisme, komunisme, dan wahabisme sudah ada dalam DNA Ikhwanul Muslimin.
Jadi sebenarnya, Ikhwanul Muslimin itu anak kandungnya ideologi Barat. Dari Fasisme, mereka mengadopsi totalitarianisme sentralistik, tapi menolak nasionalisme. Dari Komunisme Soviet, mereka adopsi totalitarianisme, sistem penyusupan dan perekrutan anggota, strategi gerakan, internasionalisme, akan tetapi menolak atheisme.
Beberapa ahli menyebut jikalau Ikhwanul Muslimin adalah islamofasisme, semacam gerakan politik yang mana bertujuan mewujudkan kekuasaan mutlak berdasarkan pemahaman mereka atas alquran.
Siapa yang dilahirkan dari Ikhwanul Muslimin di Indonesia? Jawabannya adalah Partai Keadilan Sejahtera, yang merupakan anak kandung dari campuran ideologi yg sudah saya sebut di atas.!!!
Saya menulis status (bukan copas) dari sumber yang sudah jelas, penelitian Syafii Maarif ini yang berbicara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI