Namun, alternatif ini justru malah mendapatkan banyak respons negatif mengingat besaran suku bunga yang dianggap terlalu membebankan. Protes dan reaksi negatif Danacita ini semakin mencuat tatkala permasalahan UKT melanda mahasiswa ITB beberapa waktu yang lalu.
Lantas, bagaimana baiknya untuk penyelesaian masalah seperti ini? Jika boleh berpendapat, saya pribadi sebagai mantan mahasiswa memiliki sebuah pemikiran mengenai alternatif solusi masalah tersebut.Â
Menurut saya, kenapa perguruan tinggi tidak mencoba menerapkan program sistem cicilan UKT per bulan tanpa melibatkan pihak lain? Dengan demikian maka besaran suku bunga dapat ditekan. Namun tentunya mahasiswa yang hendak mengikuti program cicilan ini harus memenuhi beragam kriteria agar program ini bisa tepat sasaran.Â
Selain itu, saya juga sangat berharap agar pemerintah memperhatikan dan meninjau permasalahan ini. Meskipun perguruan tinggi memiliki otonomi, rasanya pada bagian pendanaan ini perlu ditinjau kembali agar semua pihak tidak merasa terbebani. Agar mahasiswa tidak kesulitan membayar UKT dan agar pihak perguruan tinggi juga tidak melakukan komersialisasi pendidikan.Â
Bukankah mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu kewajiban negara? Maka menurut saya sudah sepatutnya pemerintah memberi perhatian dan dana lebih banyak pada sektor pendidikan demi terciptanya generasi penerus bangsa yang berdaya saing dan unggul, demi memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H