Berbicara tentang peran orang tua , tentu hal ini sangat dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang seorang anak. Tentang bagaimana peran ibu dan ayah dapat bekerja dengan maksimal dalam membesarkan anaknya. Lalu, kriteria orang tua yang ideal itu seperti apa sih? Apakah mereka yang tidak pernah marah? Atau mereka yang selalu melarang anaknya melakukan hal ini dan itu? Setiap orang tua, tentu memiliki cara atau pola tersendiri dalam membesarkan dan memberikan pendidikan kepada anaknya.
Adapun beberapa keluhan yang seringkali di alami oleh orang tua di luar dalam membesarkan anaknya. Salah satu diantaranya ialah; “Si A ini susah sekali diatur Bu, sudah diberi nasihat berkali-kali namun tidak ada hasilnya”. Pertanyaan saya, kira-kira menurut teman-teman apa penyebab dari seorang anak susah diatur? Apakah karena anaknya yang memang susah diatur? Atau mungkin orang tua yang kurang tegas terhadap anaknya?
Teman-teman ku sekalian, penting untuk kalian ketahui bahwa penyebab anak sulit diatur justru kadang datangnya berasal dari kita sendiri sebagai orang tua. Terkadang sebagai orang tua kita lupa untuk menetapkan aturan yang jelas pada anak. Sehingga, akibatnya anak pun merasa kebingungan dan pada akhirnya mengambil tindakan yang dianggapnya menyenangkan. Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk membuat aturan-aturan yang jelas. Selain itu, orang tua juga bisa menyampaikan konsekuensi dari aturan tersebut. Misalnya; ketika seorang anak sedang bermain, maka orang tua bisa mengajarkan pada mereka untuk merapikan kembali mainan yang telah digunakan. Agar tidak mengganggu anggota keluarga yang lain ketika akan beraktivitas. Dari hal-hal kecil semacam itulah jika tidak kita jelaskan pada anak-anak. Tentu, mereka tidak akan tau apa itu arti tanggung jawab.
Lalu, apakah anak yang selalu patuh itu berarti anak yang baik kak? Tidak, tidak sama sekali. Perlu kalian ketahui, terutama untuk anak usia di bawah 5 tahun. Di usia mereka yang bisa dibilang dalam masa pertumbuhan. Tentu, mengalami kesulitan dalam mengontrol tingkah laku nya, kurang bisa fokus, maunya lari-lari atau memanjat atau lompat kesana-kemari. Jadi, misalkan kita sebagai orang tua sedang berbicara dengan mereka. Namun, mereka tidak meresponnya bukan berarti mereka nakal. Tetapi, mereka kesulitan untuk mengubah perhatiannya dengan cepat selayaknya orang dewasa.
Sebagai contoh, saat mereka sedang asyik main, lalu harus mendengarkan kita. Ketika mereka tidak mendengarkan bukan berarti mereka tidak patuh. Namun, memang belum bisa. Justru, kita yang harus membantu melatih mereka agar mampu. Dengan cara apa? Dengan cara, mengatakan dengan tegas misalnya “ 5 menit lagi waktu bermain nya sudah selesai dan sudah saatnya basuh kaki dan gosok gigi”. Kalau mereka bisa melakukannya, maka beri lah sanjungan. Kalau belum, maka gendong lah ke kamar mandi untuk basuh kaki dan gosok gigi dan lakukan serangkaian kegiatan itu secara konsisten.
“Tetapi, anak aku bisa kok selalu patuh. Walaupun dia masih di bawah 5 tahun”. Penting untuk kita perhatikan kembali, apakah dia benar-benar patuh karena memang menghormati kita atau dia patuh karena dia takut dengan kita. Karena cinta dan dukungan dari orang tua ialah kebutuhan dasar dari anak. Jika untuk itu, dia perlu patuh sepenuhnya maka dia akan melakukannya. Walaupun akan ada “harga” yang perlu dibayar di kemudian hari seperti; kesulitan mengenal kebutuhan diri, karena selalu ada tuntutan dari luar. Lagi pula kalau anak “tidak patuh” tidak berarti itu adalah hal yang buruk. Jika dia mampu mengatakan “gak mau” berarti dia mampu untuk membela dirinya sendiri, tahu apa yang dia mau, dan punya cara untuk mendapatkan keinginannya (untuk selanjutnya mengenali kebutuhannya).
Tinggal kita, orang tuanya yang menjadi rem agar perilaku “tidak patuh nya” tidak kebablasan. Dengan cara apa? Memberi batasan secara tegas, melakukan rutinitas dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan perkembangan anak, meningkatkan konsentrasi anak, misalnya dengan membaca buku. Ubah hal yang berpotensi menimbulkan “kericuhannya” menjadi hal yang menyenangkan, misalnya; anak sering bising ketika diajak keluar untuk berbelanja, maka sebelum keluar beri anak daftar gambar barang yang akan dibeli dan minta anak menjadi pahlawan misalnya yang mampu mencari barang-barang yang dibutuhkan. Serta, menyalurkan energi nya yang besar dengan cara yang tepat. Misalnya, lari-lari di taman agar anak tidak bermain dan mengacaukan rumah, lompat di trampolin atau di tempat bermain yang layak agar anak tidak lompat di tempat tidur. Melakukan berbagai kegiatan fisik saat siang hari, agar dia tidak dianggap “tidak patuh” ketika diminta tidur (padahal dia memang belum bisa tidur karena energi nya masih berlebih).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H