Mohon tunggu...
ARINDA ROSA SARAGIH
ARINDA ROSA SARAGIH Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi FEB Universitas Tanjungpura

Belajar memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Sebuah Keluarga yang Menerima Manfaat dari Adanya Bansos

13 April 2024   20:42 Diperbarui: 17 Mei 2024   09:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Di Desa Tanjung Hilir, kami berkesempatan untuk mewawancarai keluarga Ibu Salbiah yaitu seorang ibu rumah tangga. Ibu Salbiah yang berusia 37 tahun ini memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas) yang tinggal di Kabupaten Kubu Raya. Ibu Salbiah ini memiliki seorang suami yang bekerja sebagai kuli bangunan yang dimana sebagai kepala keluarga ini. Bekerja sebagai kuli bangunan, suami Ibu Salbiah ini menerima pendapatan sekitar Rp100.000 perhari, yang dimana jumlah hari kerjanya tidak menentu dalam satu bulan tergantung pada panggilan kepala tukang borongan yang diikutinya. Terkadang dalam satu bulan penuh ada pekerjaan, namun pernah pula selama beberapa hari tidak ada pekerjaan sama sekali. Perjuangan keluarga Ibu Salbiah ini semakin berat karena harus menghidupi anak-anaknya. Keluarga Ibu ini mempunyai empat orang anak dimana anak pertamanya seorang laki-laki yang sudah bekerja di toko bangunan. Ia bahkan tidak menyelesaikan Sekolah Pendidikan SMA nya karena ingin membantu perekonomian keluarga. Sementara anak kedua seorang perempuan yang masih berada dibangku Sekolah Dasar yaitu kelas 5. Sementara anak ketiga dan keempat yang berusia di bawah lima tahun. Untuk rumah tempat tinggal, keluarga ibu Salbiah ini tinggal menumpang dirumah warisan almarhum orang tuanya. Keadaan rumah mereka terbilang sederhana dimana terdapat tujuh buah ruangan yang memiliki luas 6 x 18 meter persegi dari luas tanah 7 x 20 meter persegi. Untuk dinding rumahnya sebagian berbahan tembok untuk bagian depan dan pada bagian tengah dan belakang berbahan papan dan triplek. Atap rumah Ibu Salbiah ini yaitu berbahan seng yang sudah bewarna kecokelatan dan berkarat sehingga tampak sudah mulai bocor. Untuk lantainya sebagian berbahan keramik untuk bagian ruang tamu dan berbahan  papan pada bagian ruang tengah, ruang kamar hingga ruang dapur. Sumber air yang digunakan untuk keperluan masak, air minum, mandi dan mencuci yaitu mengharapkan adanya curah air hujan yang ditampung di belong air. Sehingga ketika musim kemarau mereka harus berhemat dalam penggunaan air. Sekitar satu tahun terakhir, ruang kamar mandi dan WC mereka baru menyatu dengan rumah yang dimana sebelumnya masih pisah dengan rumah mereka. Untuk jenis penerangan yang digunakan dalam rumah ini yaitu listrik PLN dengan kekuatan listrik 450 watt.

Untuk kepunyaan aset tidak banyak yang mereka miliki. Diantaranya hanya perabotan rumah tangga pada umumnya. Yaitu terdapat satu buah sepeda motor yang baru mereka beli secara kredit, satu buah kipas angin, satu buah lemari es, rice cooker, lemari pakaian, kompor dan gas, kursi tamu dan dua buah handphone. Untuk pengeluaran yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang sudah termasuk untuk uang saku anak sekolahnya yaitu sebesar Rp100.000 perharinya dengan volume makan 2-3 kali perhari. Dengan penghasilan keluarga yang tidak menentu, membuat keadaan keluarga Ibu Salbiah ini tergolong kedalam keluarga kurang mampu. Sehingga keluarga mereka mendapat bantuan sosial dari pemerintah sebagai salah satu sumber pendapatan yang mereka miliki.

Jenis bantuan sosial yang mereka terima yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp200.000 perbulannya. Namun Bantuan Langsung Tunai (BLT) tersebut yang seharusnya mereka terima setiap satu bulan, namun tidak jarang pula mereka menerimanya dua hingga tiga bulan sekali. Meski begitu dengan adanya BLT tersebut cukup membantu keadaan perekonomian keluarga mereka. Kemudian ada juga Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk berobat secara gratis di Puskesmas atau Rumah sakit. Mereka juga menerima bansos berupa Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa beras sebanyak 10 kg, telur 1 kg, kentang ½ kg, ayam potong 1 kg dan minyak goreng 1 liter untuk per bulannya. Namun, sejak tahun 2024 ini, terjadi perubahan jenis bansos yang mereka terima. Jika sebelumnya mereka mendapat BPNT, kini BPNT tersebut sudah dialihkan menjadi bantuan uang tunai yang di transfer langsung ke rekening Ibu Salbiah untuk untuk per bulannya. Serta yang paling dirasakan oleh mereka manfaatnya yaitu Bantuan Langsung Tunai untuk anak sekolah sekitar Rp600.000 pada setiap ajaran baru, sehingga mereka tidak perlu khawatir lagi untuk membeli segala keperluan seperti baju seragam, buku, peralatan tulis dan semacamnya pada setiap ajaran baru dimulai.

(Wawancara dan observasi mendalam dilaksanakan pada Februari 2024)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun