Mohon tunggu...
Katak kecil
Katak kecil Mohon Tunggu... Mahasiswa - di emper pondok ar-Rohman

Keringkan rumput selagi mentari bersinar.(***)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengoptimalan Budaya Literasi Tanpa Batas Membaca, Mendengar, dan Mengapresiasi di Kalangan Mahasiswa selama Pandemi

3 Februari 2022   20:39 Diperbarui: 3 Februari 2022   20:44 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya, perkembangan peradaban Indoensia yang hampir menuju era society 5.0 ke depan, kini harus nyata dihadapkan dengan masa pandemi covid-19 di mana keberadaannya belum juga beranjak pulih sampai detik ini. Kondisi pandemi covid-19 melanda bumi pertiwi, begitu sempat membatasi segala gerak dalam sendi-sendi aktivitas masyarakat.

Terbatasnya aktivitas masyarakat ini tentunya menciptakan kondisi di mana normalnya kehidupan harus dikembalikan, di samping memang tangan dan kaki tidak bisa jika harus terus dipaksakan diam tanpa bekerja. Adapun sebab keberadaan dinamika globalisasi, justru keadaan semakin memuncak walaupun tetap terhalang pandemi demikian, tetap ada sisi positif di mana tidak nampak lagi batas-batas wilayah sehingga adanya jejaring informasi dan komunikasi sudah semakin cepat diakses.

Globalisasi sekarang ini yang telah meluas secara aktual tentunya harus diimbangi dengan pemikiran para generasi penerus yang logis, analitis, dan kritis dalam menghadapi segala fenomena. Sebagai seorang generasi penerus, maka para mahasiswa perlu pandai dan bijak dalam mengolah intelektualnya. Di mana keberadaan intelektual yang dimiliki mahasiswa memposisikan aspek kompetensi, keterampilan, dan inovasinya yang penting di dalam mengupayakan pembangunan bangsa. Akan tetapi, harapan tersebut kemudian sempat terstatiskan oleh kondisi mirisnya di kalangan mahasiswa yang rupanya belum sepenuhnya mengamalkan budaya literasi. Budaya literasi yang masih terbilang lemah di kalangan mahasiswa, padahal hal tersebut sebenarnya menjadi gerbang pendorong untuk mewujudkan titah mereka terhadap peradaban bangsa.

Atas dasar pernyataan-pernyataan tersebut, maka optimalisasi budaya literasi di kalangan mahasiswa harus digalakkan. Budaya literasi tanpa batas ini tentunya akan dapat menyumbang salahsatunya demi tercapainya roda pendidikan yang kualitas. Diantara hal-hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka ada tiga gerakan konservatif yang dianggap perlu dicanangkan yakni dengan meningkatkan kemauan untuk lebih membaca, mendengar, dan mengapresiasi.

Yang pertama, dengan membaca. Membaca merupakan suatu kegiatan mengamati dan memahami teks atau bacaan sehingga dari situlah akan didapatkan pengetahuan atau informasi baru. Sebagaimana dari hal tersebut secara tidak langsung, dapat diketahui bahwa kondisi terpuruknya sebab pandemi saat ini, seharusnya bisa menciptakan waktu yang lebih banyak untuk membaca. Oleh karenanya, membaca yang perlu ditumbuhkan di hari ini tentu tidak terus terpaku kepada bacaan yang konvensional, namun juga bisa secara digital di mana hal tersebut sudah banyak diwadahi oleh banyak fasilitas online.

Di samping kelebihannya, membaca secara digital akan lebih praktis, cepat, dan pastinya akan mendapatkan jangkauan yang luas. Di mana kemudian membaca tanpa batas direalisasikan dengan membaca segala bacaan, baik itu buku bacaan, koran, majalah, brosur, bahkan broadcast ataupun postingan sederhana/sepele sekalipun . Sebab, sejatinya segala bentuk informasi yang disajikan dimanapun, bagaimanapun, dan kapanpun adalah selalu mengandung sumber informasi dan pengetahuan yang pasti ada manfaatnya untuk kehidupan.

Kedua, dengan mendengarkan. Mendengarkan melalui menyimak dan memperhatikan pembicaraan orang lain, berita, video, proadcast, ceramah/pidato, dan masih banyak lagi. Mendengarkan berarti menghargai keberadaan segala informasi lisan yang mungkin pada sebagian orang akan merasakan bahwa dengan mendengarkan akan lebih dapat mengingat pembicaraan yang disampaikan di dalamnya. Mendengarkan menjadi wadah untuk saling sapa aruh; sharing; dengan berbagai arah lawan bicara tentang berbagai diskusi di kalangan mahasiswa.

Ketiga, dengan mengapresiasi. Mengapresiasi adalah memberikan penilaian ataupun penghargaan terhadap suatu karya. Apresiasi dapat dilakukan melalui sarana membaca dan mendengarkan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Apresiasi misalnya dilakukan dengan review buku.

Review ini dilakukan pertama kali dengan membaca keseluruhan isi buku terkait, kemudian menuliskan review; ulasan; analisis atas isi buku yang telah dibaca menggunakan bahasa sendiri. Di mana secara sekilas, mahasiswa juga akan belajar menulis melalui kegiatan review tersebut.

Budaya literasi 3M, membaca, mendengarkan, dan mengapresiasi adalah gerakan kritis yang perlu dilakukan mahasiswa dalam mempertahankan bahkan meningkatkan aspek keintelektualan pada diri mereka. Beberapa kegiatan yang mungkin dapat dilakukan para mahasiswa untuk merealisasiakan optimalisasi 3M itu diantaranya melalui lapak baca, DKM (Diskusi Kritis Mahasiswa), KOPI (Kajian Olah Pikir), bedah buku, dan lain sebagainya. Di situlah nantinya keberadaan literasi tanpa batas dapat terjalankan perlahan demi perlahan, sekalipun kondisi masih harus tetap memakai masker dan menjaga jarak. Mahasiswa bukanlah sosok-sosok yang, cepat menyerah atas keberadaan kendala-kendala alam dan sosial yang menjadi problematika bangsa saat ini maupun ke depannya. Mahasiswa dan kukuhnya budaya literasi, betul memiliki eksistensi penting dalam mewujudkan kualitas pendidikan terutamanya, demi menuju kepada kemajuan peradaban bangsa yang stabil.

Mohon kritik dan saran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun