Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Pemuda dan Perikanan

9 Desember 2017   09:57 Diperbarui: 12 Desember 2017   17:48 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Gambar Danau Bedugul Bali

Surabaya -- Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah menyampaikan ''Beri aku seribu orang tua niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda niscaya akan ku guncang dunia''.

Dari apa yang disampaikan oleh Ir. Soekarno terbesit sebuah pertanyaan mengapa harus pemuda? Pemuda sendiri merupakan satu identitas potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa karena pemuda memiliki inovasi, kreatifitas dan semangat yang tidak dimiliki oleh generasi lain. Untuk itu, peran penting pemuda sangat dibutuhkan sebagai pelopor perjuangan berbangsa dan bernegara demi eksistensi dan kemajuan bangsa Indonesia.

Di suatu daerah, disuatu negara, maupun di dunia kemajuan dan kemerdekaan suatu negara tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan paling ambisius untuk memperjuangakan perubahan dan kemajuan dalam setiap sektor kehidupan masyarakat termasuk pada sektor perikanan, karena sektor perikanan merupakan sektor kekayaan sumberdaya alam yang penting disetiap negara khususnya Indonesia. Namun pada kenyataannya pemanfaatan sektor peikanan belumlah maksimal, dengan kata lain sumberdaya kelautan dan perikanan yang tersedia dan telah diberikan Tuhan ini belum dimanfaatkan dengan baik bagi pembangunan ekonomi bangsa dan negara.

Namun fenomena yang terjadi saat ini, kurangnya minat para pemuda untuk terjun dalam dunia perikanan menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan. Di Indonesia minat generasi muda untuk bekerja pada usaha perikanan cenderung semakin berkurang, paling tidak dinilai dari kurangnya minat pemuda yang masuk sekolah kedinasan (kejuruan) perikanan. Bila dilihat dari alumni sekolah kejuruan perikanan, hanya sedikit yang ingin benar turun ke laut sebagai pembudidaya ikan. Tersedianya peluang kerja dan usaha di sektor lain adalah alasan kaum muda menurun minatnya pada pekerjaan sebagai pembudidaya ikan.

Para pemuda saat ini umunya berfikir bahwa perikanan adalah sebuah ladang pekerjaan yang hina, melelakan, membosankan dan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan mereka harus bekerja mati -- matian dan menggu lama untuk memanennya. Tentu saja hal ini akan berimbas pada sektor ketahanan pangan Indonesia. Selain itu kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia lebih kecil dibanding negara lain. Penyebab dari ini semua tidak lain karena membuayanya pandangan bahwa pembudidaya ikan adalah pekerjaan kelas bawah, disamping masih sempitnya kesadaran dan pemahaman potensi perikanan.

Hal diatas sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Adhyaksa yang meraih gelar doktor teknologi kelautan dan perikanan dari IPB , bahwa  porsi sektor kelautan dan perikanan terhadap PDB Indonesia hanya 15 persen pada 2004. Sementara itu di China mencapai 48 persen dan Korsel 54 persen. Padahal potensi di Indonesia sangat besar. Salah satu penyebab kurang berkembangnya sektor kelautan dan perikanan, adalah makin sedikitnya nelayan yang berusia muda. Karena kesan buruk terhadap sektor perikanan yang digambarkan dengan tiga `D` yakni `Dangerous` (berbahaya), `Dirty` (kotor) dan `Desperate` (menyedihkan).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhyaksa di Sukabumi, Jabar, banyak pemuda yang lebih senang menjadi tukang ojek dibandingkan nelayan. Sekolah kejuruan perikanan juga kurang diminati. Padahal sektor kelautan dan perikanan bukan lah masa lalu tapi merupakan masa depan Indonesia. Untuk meningkatkan peran pemuda di sektor kelautan diperlukan kebijakan publik yang mampu menarik pemuda. Adhyaksa juga mengingatkan, sekitar 70 persen dari wilayah Indonesia adalah lautan sehingga memerlukan banyak generasi muda untuk menggarapnya.

Peran pemuda dalam perikanan diharapkan mampu menciptakan sistem atau konsep -- konsep baru dalam dunia perikanan dan kelautan, ataupun menciptakan teknologi baru sehingga mampu memaksimalkan produktivitas meskipun dengan lahan yang seminimum mungkin dan juga memanfaatkan potensi laut Indonesia deengan sebaik mungkin.

Arinda Rimbawati
S1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun