Kesehatan merupakan dasar dalam menjalani kehidupan. Apabila kesehatan tidak dimiliki oleh masing-masing individu, maka roda kehidupan tidak akan berputar. Hal ini sangat terlihat jelas di masa pandemi Covid-19.Â
Saat pandemi ini melanda roda kehidupan seolah tidak berputar, banyak bidang tidak bisa melanjutkan kegiatannya karena terhalang oleh kesehatan.Â
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang selalu ada di sepanjang tahun. Oleh karena itu, permasalahan ini tidak boleh dianggap sepele dan perlu dituntaskan.
Stunting merupakan musibah tersembunyi yang diakibatkan dari kekurangan gizi kronis sepanjang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimana pertumbuhan anak tidak bisa diubah.Â
Prevalensi stunting pada tahun 2021 masih berada pada angka 24,4 % atau 5,33 juta balita. Angka stunting mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, hal tersebut belum cukup memuaskan. Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024.Â
Dalam melakukan upaya tersebut diperlukan peran aktif dari seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat harus bisa bekerja sama untuk mewujudkan Indonesia rendah stunting.Â
Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan tentunya kita harus mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan suatu permasalahan. Hal pertama yang harus diketahui dalam upaya penurunan angka stunting adalah faktor apa saja yang dapat menyebabkan stunting.Â
Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting antara lain, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani, faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak.
Kesehatan ibu juga menjadi faktor dasar stunting. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, serta laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.Â
Status gizi adalah indikator kesehatan yang penting, dimana balita usia 24-59 bulan merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap permasalahan gizi terutama stunting. Sedangkan, pada saat itu mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat.
Pada kasus ini, ibu cenderung memiliki lebih banyak peran dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, tetapi permasalahan ini tidak lepas dari peran serta kedua orang tua yaitu ayah dan ibu untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak yang baik. Jika stunting dianggap sebagai penyakit yang lumrah, maka akibat yang ditimbulkan akan semakin melebar.Â