Mohon tunggu...
Arinda Putri
Arinda Putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang wanita pekerja biasa yang memiliki hobby membaca dan saat ini sedang belajar menulis untuk mencoba menyuarakan apa yang terlintas dalam hati dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY... Masihkah Anda Pantas Memimpin Negeri Ini..??

20 September 2011   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:48 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya sempat menyangkal dalam hati ketika beberapa waktu yang lalu ketika ada tokoh-tokoh masyarakat berbicara dengan lantang bahwa Indonesia menuju negara gagal . Saat itu saya masih optimis bahwa negara ini masih dapat diperbaiki. Namun, seiring bergulirnya waktu dan melihat ketiadaan pemimpin yang berkarakter kuat membuat saya justru mengamini ucapan para tokoh-tokoh tersebut. Definisi dari negara gagal adalah ketidak berdayaan negara yang pemerintahnya tidak mampu dan mengontrol seluruh wilayah kekuasaannya.

Benar bahwa kita memiliki pemimpin di negri ini , namun sungguh saya tidak melihat dan merasakan ada seorang pemimpin negara di sini. Hanya ada wujudnya sebagai lembaga kepresidenan, tapisaya tidak melihat dan merasakan kewibaan serta kerja presiden secara nyata yang memang bekerja untuk rakyat. Bukan saja ketiadaan pemimpin tertingginamun juga ketiadaan pemimpin dari mulai bawah hingga pucuk atas. Rakyat seperti kita, hanya dibiarkan menjadi anak ayam kehilangan induk. Dan selebihnya hanya disuguhi oleh ketidak becusan para pengelola negeri ini dalam semua lini.

Jika ada yang menyanggah mengapa semua kesalahan hanya ditimpakan kepada presiden…?? Jawabannya adalah karena memang seharusnya begitu. Seorang presiden yang merupakan pemimpin tertinggi di negeri ini seyogyanya dapat memimpin para bawahannya mulai dari menteri hingga kepala daerah bahkan lurah untuk dapat mengemban seluruh amanat rakyat. Bukankah beliau telah dipilih oleh mayoritas rakyat ( jika pemilu yang lalu benar jujur) negeri ini untuk memimpin..?? Presiden bukan saja hanya mendapat kepopuleran semata, namun dia juga harus berani bertanggung jawab terhadap pekerjaan para bawahannya. Jika pemimpin tidak berani bertanggung jawab terhadap kinerja bawahannya, buat apa dan berfungsi sebagai apa pemimpin itu..?

Apa yang terjadi sekarang..??? pemerintah lebih senang menghancurkan dan mempermainkan rakyatnya sendiri. Dari mulai opor ayam saja pemerintah senang benar mempermainkan rakyatnya. Ini salah satu bukti bahwa pemerintah memang tidak becus kerjanya. Belum lagi ditambah dengan semakin merajalelanya korupsi di negeri ini. Korupsi di semua lini. Hingga pembuatan e-ktp saja yang katanya bebas biaya, tetap saja di kelurahan di kutip biaya dengan alas an yang dibuat-buat.

Ada beberapa bukti sederhana dari ketidak becusan pemerintahan era saat ini dibawah komando SBY :

Saat saudara-saudara kita tertimpa bencana tsunami beberapa waktu yang lalu, ada seorang petinggi lembaga negara yang merupakan salah satu dari anggota partai peenguasa yang nota bene pembinanya adalah presiden kita, dengan seenak jidatnya melontarkan pernyataan yang menyakitkan. Dia mengatakan, kalau tidak mau kena tsunami yaa..jangan tinggal di pantai. Ini bukti bahwa dewan pembinanya tidak dapat membina kadernya untuk bersikap sebagaimana mestinya.

Untuk menetapkan 1 Syawal , hal yang demikian sederhana justru menimbulkan banyak pertentangan di akar bawah. Bukti bahwa pemerintahan tidak memikirkan rakyat. Apakah mereka tahu betapa banyak catering yang rugi, berapa banyak ibu-ibu yang harus merugi karena opor basi. Betapa banyak akar-akar rumput yang saling berdebat dan bertengkar tiada habisnya akibat penetapan 1 Syawal yang berbeda. Kelihatannya memang sepele, namun di situlah justru terlihat ketiadaan wibawa pemerintah.

Penetapan kenaikan harga ONH Plus oleh kementrian agama yang mendadak , juga membuat kisruh para penyelenggara haji. Ini juga mengindikasikan bahwa ketidak adanya perencancaan yang baik dan matang sehingag membuat rakyat lagi-lagi dibuat susah. Lagi-lagi pemerintah hobby benar mempermainkan rakyatnya.

Yang masih fresh dalam ingatan kita adalah ucapan dari salah seorang gubernur yang notabene merupakan bawahannya sang presiden, yang menyalahkan wanita memakai rok mini dalam kasus perkosaan. Apakah layak seorang pemimpin bersikap demikian.?? Bukankah seorang pemimpin daerah itu wajib melindungi rakyatnya..?? Seharusnya pemerintah berkewajiban pula membuat transportasi yang nyaman buat rakyat.

Korupsi di semua lini. Hal ini sudah tidak terbantahkan lagi. Dari mulai penegak hukum, DPR, aparat pemerintahan daerah semuanya melakukan korupsi secara berjamaah. Bukti ketiadaan pemimpin yang berani melawan korupsi. Perlawanan korupsi hanya sebatas retorika saja. Mana pedang yang akan di hunus ke koruptor jika partainya sendiri ternyata merupakan sarang korupsi..?

Munculnya mafia-mafia di negerini ini. Dari mulai mafia peradilan hingga mafia anggaran. Sepertinya negeri ini telah dikepung oleh para Mafioso.

Belum lagi pembangunan wisma atlet dan sarana yang akan dipersiapkan untuk Sea Games mendatang. Dalam waktu kurang dari 2 bulan lagi, pembangunan itu masih saja tersendat. Malu rasanya jika sampai tiba waktunya, kita sebagai bangsa tidak mampu untuk menyelenggarakan acara itu dengan baik. Bahkan saya sempat saksikan di layar televisi, bangunan yang sudah jadi seperti lapangan tenis didapati temboknya sudah hancur dan retak-retak. Ini akibat uang anggaran yang seharusnya digunakan untuk pembangunan itu banyak dikorupsi.

Jika para presiden-presiden terdahulu sebelum SBY mampu meninggalkan kenangan yang indah baik berupa bangunan monumental maupun hal lain yang tidak berwujud fisik, bagaimana kenangan SBY kelak..?

Bung Karno meninggalkan bangunan monumental yang sampai kini tetap menjadi landmark Indonesia. Ada Masjid Istiqlal, ada Gelora Bung Karno. Itu dari sisi fisik. Dari segi mental tidak kalah menariknya. Bung Karno dan Bung Hatta selalu berhasil menggelorakan semangat para rakyatnya. Bayangkan saat itu rakyat kita masih bodoh dan hanya sedikit yang mengecap pendidikan tinggi. Namun dengan pidato-pidatonya yang selalu membakar semangat rakyat, menjadikan rakyat kita selalu percaya diri dan bangga terhadap negerinya. Hingga kini masih terngiang ucapan beliau, “Ini dadaku mana dadamu”. Sungguh spirit yang luar biasa yang digelorakan oleh sang pemimpin.

Pak Harto dulu terkenal dengan bapak pembangunan walaupun memang dibiayai dengan hutang namun hasilnya hingga kini masih dapat kita rasakan. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi. Begitu banyak pembangunan yang ada pada masa itu. Bandara internasional Sokarno Hatta, infrastruktur jalan, taman mini, dan masih banyak lagi. Toh jika berbicara masalah hutang, pemerintahan SBY tidak lebih baik dalam pengelolaan hutangnya. Justru hutang kita saat ini melesat tajam.

Dalam masa kepemimpinan Habibie yang merupakan masa transisi dari orde baru menuju reformasi, Habibie berhasil meletakkan dasar-dasar demokrasi secara nyata. Masih diingat oleh kita bagaimana pada era itu pemerintahan berhasil menyelenggarakan pemilu yang aman, damai, transparan dan jujur. Padahal saat itu negeri kita masih porak poranda dari sisa-sisa kerusuhan Mei 1998. Namun justru pemilu saat itu bisa berlangsung dengan damai. Bahkan kita sempat dipuji oleh berbagai kalangan dan juga negara asing. Rasanya pemilu saat itu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pemilu yang terjadi tahun 2009 yang lalu pada era SBY.

Dalam era Gus Dur yang hanya memimpin beberapa saat, meninggalkan kenangan yang indah dan bermanfaat untuk rakyat. Pada era Gus Dur lah saudara-saudara kita yang berasal dari etnis Tionghoa dapat dengan bebas merayakan Imlek. Mungkin kelihatannya sepele. Namun tidak bagi saya. Hal itu mengindasikan bahwa seorang Gus Dur menyayangi dan amatmemperhatikan seluruh rakyatnya walau itu minoritas sekalipun.

Bagaimana dengan Ibu Mega..? bagi saya Ibu Mega tetap memberikan kenangan yang manis selama beliau memimpin negara ini. Walaupun pemerintahan hanyaMega berlangsung tiga tahun Ibu Mega telah banyak melakukan beberapa keberhasilan yang sifatnya progresif. Pada Pemerintahan Mega, pemerintah telah menyelesaikan amandemen UUD 1945. Pemerintah juga berhasil melakukancheck and balanceatau menyeimbangkan kedudukan dan kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pada pemerintahan Mega, kebebasan pers juga berlangsung seperti harapan banyak pihak.

Saat SBY memerintah pada era yang pertama tahun 2004-2009 berpasangan dengan JK memang begitu terlihat hasil nyatanya bagi rakyat , antara lain:

Harga BBM diturunkan hingga tiga kali (2008-2009), pertama kali sepanjang sejarah.Perekonomian terus tumbuh di atas 6% pertahun, tertinggi setelah orde baru.Cadangan devisa pada tahun 2008 US$ 51 miliar, tertinggi sepanjang sejarah. Rasio hutang negara terus turun menjadi 34% pada tahun 2008.CGI dibubarkan dan IMF lunas.Memajukan program-program pro-rakyat seperti: BLT, BOS, Beasiswa, JAMKESMAS, PNPM Mandiri, dan KUR tanpa agunan tambahan.Anggaran pendidikan naik menjadi 20% dari APBN, pertama kali sepanjang sejarah.
Kesejahteraan guru ditingkatkan. Gaji guru minimal Rp.2juta dan menetapkan penuntasan pengangkatan guru bantu menjadi PNS pada tahun 2009.

Tapi…..sekali lagi saya katakan..saat itu beliau memiliki seorang wapres yang tahan banting dan tidak perduli dengan kepopuleran. Bagi JK..hanya kerja..kerja dan kerja.

Namun…sejak JK tidak lagi menemani SBY dalam pemerintahannya saat ini, mulai terkuaklah dan terbukalah bagaimana kepemimpinan seorang SBY. Kira-kira kenangan manis apa yang akan dikenang oleh rakyat saat SBY-Budiono jika tidak lagi memimpin..??? Korupsi kah.??? Wallahualam.

Salahkah saya jika saat ini saya pesimis dengan kepemimpinan beliau..???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun