Yogyakarta, 10 November 2023 - Letusan gunung merapi pada tahun 2010 merupakan salah satu letusan terbesar di Merapi setelah tahun 1872. Letusan merapi tersebut memakan banyak korban jiwa dan menimbulkan kerusakan properti juga harta benda. Tercatat sebanyak 353 orang tewas dalam peristiwa letusnya gunung merapi ini, termasuk juru kunci Gunung Merapi yaitu Mbah Maridjan.
Banyak hewan ternak yang mati terpanggang dan ratusan hektar lahan pertanian terbakar. Letusan tersebut juga menyebabkan hujan kerikil dan pasir yang menyebar hingga wilayah utara Kota Yogyakarta, sedangkan hujan lebat abu vulkanik turun hingga Purwokerto dan Cilacap.
Salah satu bukti hebatnya letusan Gunung Merapi pada 2010 itu terekam pada sebuah museum mini. Yaitu Museum bernama “Sisa Hartaku” terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Museum ini merupakan destinasi wisata populer dan sering dikunjungi oleh mereka yang tertarik dengan sejarah dan budaya.
museum sisa hartaku ini merupakan bukti atau rekaman sisa-sisa letusan Merapi pada tahun 2010. Seperti foto-foto dan juga barang-barang peninggalan warga yang terkena bencana. Dalam museum ini, terdapat peninggalan barang-barang yang menjadi saksi bisu letusan hebatnya ledakan Merapi pada 2010 lalu. Seperti televisi atau komputer yang sudah meleleh, kerangka motor bebek yang sudah berkarat dan masih diselimuti bekas debu Merapi.
Museum Gunung Merapi dibangun pada tahun 2005 atas kerjasama kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman. Museum Gunung Merapi diresmikan pada 1 Oktober 2009. Museum dibangun di atas tanah seluas 3,5 hektar dengan bangunan induk museum seluas 4.470 meter persegi.
Museum Mini Sisa Hartaku dikenal sebagai The House of Memory, yaitu sebuah museum mini yang terletak di Dusun Kepung, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Museum ini didirikan oleh Sriyanto, warga sekitar yang selamat dari letusan Gunung Merapi tahun 2010. Melihat rumah lamanya hancur dan terbengkalai, Riyanto kemudian berusaha menyelamatkan sisa barang miliknya. Selain itu, dia juga membersihkan sisa rumah. Sambil mengumpulkan benda-benda tersebut, ia mulai berpikir untuk mengubah rumahnya menjadi museum. Sriyanto memutuskan untuk membangun museum ini sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban dan mengenang peristiwa tragis tersebut.
Pada Museum ini terdapat beberapa ruangan, seperti ruang tamu, kamar mandi, 3 kamar tidur, dapur, dll. Selain itu terdapat pula bangkai sapi yang sudah menjadi tulang belulang, juga sisa peninggalan gamelan yang sudah rusak serta botol-botol, kendi, dan tempat penggorengan yang sudah habis terkena oleh abu vulkanik. Dengan adanya museum itu, Riyanto ingin para pengunjung bisa ikut merasakan dahsyatnya letusan Merapi di tahun 2010.
Untuk memasuki kawasan wisata ini pengunjung tidak dipungut biaya sama sekali. Hanya kotak amal yang akan disediakan jika pengunjung ingin memberikan sumbangan sukarela.