Geografi fisik adalah bidang studi yang memfokuskan pada hubungan antara manusia dan lingkungannya. Salah satu contoh yang menunjukkan pengaruh signifikan geografi fisik terhadap lingkungan manusia adalah keberadaan gunung berapi. Sebagai contoh, Gunung Kelud, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan manusia di sekitarnya. Artikel ini akan membahas pengaruh geografi fisik Gunung Kelud terhadap lingkungan manusia.
1. Letak Astronomis, Letak Geografis, dan Aktivitas Vulkanik
Gunung Kelud memiliki posisi astronomis pada koordinat 7o 56' 00 LS dan 112o 18' 30 BT. Wilayah Gunung Kelud ini termasuk dalam iklim tropis karena letaknya yang berada dekat dengan garis khatulistiwa. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa kawasan Gunung Kelud mengalami musim panas dan musim penghujan setiap tahunnya. Hal ini membuat daerah sekitar Gunung Kelud sangat cocok untuk kegiatan pertanian karena tersedia air yang cukup dan tanah yang subur. Dari segi geografis, Gunung Kelud berada di antara tiga wilayah administratif, yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar.
Gunung Kelud diapit oleh beberapa gunung api yang lebih tua. Gunung Kawi dan Gunung Butak di bagian timur dan Gunung Anjasmoro di bagian timur laut.
Aktivitas Vulkanik Gunung Kelud melibatkan serangkaian peristiwa alam yang terjadi di dalam gunung berapi tersebut. Proses ini mencakup pergerakan magma, letusan gunung berapi, pelepasan gas vulkanik, dan pembentukan berbagai fitur geologi seperti kawah, aliran lava, dan awan panas.
Kejadian vulkanik di Gunung Kelud bervariasi, mulai dari letusan yang hebat dan merusak hingga letusan yang lebih stabil. Letusan yang besar dapat menghasilkan aliran panas dan material vulkanik seperti abu dan lahar. Awan panas adalah aliran gas dan partikel piroklastik yang sangat panas, sedangkan lahar adalah aliran lumpur vulkanik yang terbentuk dari campuran abu vulkanik dan air.
Dampak letusan Gunung Kelud terhadap lingkungan sekitarnya meliputi kerusakan fisik pada infrastruktur, tanaman, dan hewan. Hujan abu pasca-letusan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, mengancam kesehatan manusia, dan merusak pertanian. Lahar vulkanik juga dapat menghancurkan permukiman dan sumber daya alam di sekitarnya.
Aktivitas vulkanik Gunung Kelud juga berpengaruh terhadap kondisi udara dan iklim di wilayah terdampak. Gas vulkanik seperti belerang dioksida dapat bereaksi dengan partikel di atmosfer, membentuk aerosol vulkanik. Aerosol ini mempengaruhi penyebaran cahaya matahari, mengurangi radiasi matahari yang mencapai Bumi, dan berdampak pada suhu dan pola cuaca regional dan global.
Pemerintah dan lembaga terkait melakukan pengawasan dan upaya mitigasi untuk mengurangi risiko dan dampak negatif dari aktivitas vulkanik Gunung Kelud. Ini melibatkan pemantauan terus-menerus, sistem peringatan dini, evakuasi penduduk saat aktivitas meningkat, dan persiapan bencana yang diperlukan. Kesadaran masyarakat tentang risiko vulkanik dan kesiapan menghadapi bencana juga menjadi faktor penting dalam menghadapi aktivitas vulkanik Gunung Kelud.
2. Kerentanan Terhadap Bencana Alam