Plastik merupakan benda yang tak asing digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui, hampir semua produk berhubungan dengan plastik. Penggunaannya sendiri baik sebagai kemasan karena plastik mempunyai keunggulan seperti ringan, kuat, transparan, tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Plastik terbagi menjadi beberapa bentuk, seperti botol kemasan, packaging atau pembungkus makanan, dan kresek. Plastik memiliki sejumlah manfaat yang mampu membuat hidup manusia lebih efektif dan efisien. Dalam penggunaanya, plastik seringkali menjadi wadah yang praktis untuk menampung barang bawaan ketika sedang berbelanja.
Namun, penggunaan plastik yang terlalu sering dan dalam jumlah banyak juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan alam. Di Indonesia jumlah sampah plastik bertambah banyak tiap tahunnya. Data dari Making Oceans Plastic Free (2017) menyatakan rata-rata bobot total sampah kantong plastik di Indonesia mencapai 1.278.900 ton per tahunnya. Hal ini tidak akan menjadi masalah serius apabila terdapat solusi yang mampu mengolah sampah plastik menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat dan berguna. Namun, fakta di lapangan masih banyak sampah yang tak diolah hingga sampah tersebut semakin menggunung tiap harinya. Jika sampah-sampah ini tak dipedulikan, maka gunung sampah akan bertambah banyak dan semakin tinggi tiap tahunnya. Berbicara istilah gunung sampah beberapa dari kita pasti akan langsung teringat dengan salah satu tempat penampungan sampah terbesar di Indonesia yaitu TPST Bantar Gebang. Tidak hanya terbesar di Indonesia, TPST Bantar Gebang juga disebut-sebut menjadi tempat pemrosesan sampah terbesar se-Asia Tenggara. Diperkirakan tinggi tumpukan sampah mencapai 40 meter dan ini setara dengan tinggi gedung 16 lantai.
Sampah yang menggunung tersebut akan menimbulkan banyak masalah jika terus dibiarkan, terlebih banyaknya jumlah sampah plastik. Beberapa dampak negatif yang timbul karena sampah plastik yaitu sampah plastik dapat mencemari lingkungan karena sifatnya yang sulit terurai, seperti yang kita ketahui sampah plastik dapat terurai setelah 20 hingga 500 tahun, maka butuh waktu yang sangat lama agar plastik benar-benar terurai sempurna. Menjadi penyebab bencana banjir, karena adanya penumpukan sampah di dasar sungai yang mengakibatkan permukaan sungai meninggi sehingga terjadi luapan air. Menyebabkan polusi udara, hal ini terjadi jika sampah plastik dibakar di tempat yang terbuka.
Pemerintah memang memiliki peran dan tugas yang lebih khusus untuk menangani sampah tetapi sebagai masyarakat kita juga dapat turut serta dalam mengurangi dan meminimalisir penggunaan plastik sebagai langkah awal mengurangi sampah plastik. Pengurangan sampah dapat dimulai dari masyarakat itu sendiri, yaitu dengan membudayakan membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah kering dan basah sehingga dapat di daur ulang supaya bisa dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Basis partisipasi masyarakat melalui kegiatan yang dimulai dari lingkungan rumah tangga untuk memilah sampah, mengkreasikan sampah-sampah untuk dibuat kerajinan unik dan pupuk organik, dengan adanya partipasi dari masyarakat akan membuat sampah-sampah yang akan dikelola menjadi lebih mudah selain itu dapat mengurangi jumlah sampah yang akan dibawa ke TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara) (Prasidananto, 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H