JALA itu tak lagi MENJERAT IKAN
Oleh : Harini Rahmi
Beberapa hari yang lalu aku tertarik untuk melihat beberapa perahu nelayan yang terparkir di ujung bandar kali di kawasan Purus, Padang. Seorang nelayan mengangkut seember besar ikan hasil tangkapannya untuk dijual kepada pedagang ikan yang nantinya akan menjual kembali ikan-ikan tersebut di pasar. Aku meneruskan langkah ke ujung hingga langsung menyaksikan pertemuan antara air laut dan air dari bandar kali itu.
Aku menoleh ke aliran air bandar dan tampak jelas sampah mengapung mengelilingi perahu nelayan. Sampah plastik dan aneka botol plastik itu akan bersiap menuju laut seiring dengan gerakan perahu nelayan yang bersiap mencari ikan. Sungguh pemandangan yang memprihatinkan. Sampah-sampah itu tak saja akan mencemari air laut tetapi juga berpotensi untuk dimakan oleh ikan sehingga ikan keracunan dan akhirnya mati.
Ketika sampah dipandang remeh dan tidak disadari keganasannya maka bukan tidak mungkin esok atau lusa para nelayan tak lagi menangguk ikan. Jala dan kailnya hanya akan mengantarkan sampah yang tersesat dan memohon penuh harap untuk kembali pulang, ke rumahnya, ke tempat semestinya. Atau jalanya menjerat ikan berperut buncit, bukan ikan yang sehat, tetapi ikan yang telah menjadi bangkai yang mati karena keracunan akibat memakan sampah plastik yang bertebaran.
Nelayan kehilangan mata pencarian, ikan langka di pasaran, hal hasil semua pihak dirugikan. Sebelum terlambat, mari kita tingkatkan kesadaran untuk membuang sampah ke tempat yang telah ditentukan. Ciptakanlah sungai dan laut menjadi rumah yang nyaman bagi para biota laut sehingga mereka dapat berkembang biak dengan baik dan kitapun kembali dapat menikmati lezatnya aneka ikan, udang, cumi-cumi, dan berbagai hasil tangkapan lainnya.
Bukan semata untuk kita, tapi untuk mereka anak cucu dan generasi penerus kita. Agar esok mereka tak hanya membaca cerita perihal negara baharinya yang konon kaya dengan biota lautnya. Tetapi mereka menjadi saksi sekaligus pelaku yang mengantarkan negara ini menuju keadaan yang tak hanya lebih baik, tetapi sebuah negara bahari yang paling maju di DUNIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H