[caption id="attachment_199153" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] HRD, PENYUMBANG [DONATUR] SAMPAH OR NOT? By. Harini Rahmi
Rekruitmen pegawai merupakan salah satu tanggung jawab yang diemban oleh seorang HRD. Faktor internal maupun eksternal menjadi pemicu HRD harus melakukan rekruitmen untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas perusahaan/instansi dapat berjalan dengan maksimal.
Tatkala proses rekruitmen dilakukan maka HRD tentunya menginformasikan kepada calon pelamar mengenai adanya rekruitmen pegawai melalui media iklan lowongan pekerjaan. HRD harus jeli dalam memilih media yang akan dijadikan sarana untuk mengumpulkan berkas-berkas lamaran calon pegawai. HRD dapat menggunakan alamat kantor, PO BOX, atau email.
Ketika HRD memilih untuk mengarahkan calon pelamar untuk mengirimkan berkas lamarannya ke alamat kantor ataupun PO BOX maka ini adalah sebuah langkah yang kurang tepat. Hal ini merupakan sikap yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa HRD tidak peduli terhadap lingkungan. Satu orang pelamar akan mengirimkan berkas lamaran yang seminim-minimnya berisi CV yang terdiri dari 2 lembar kertas HVS, surat lamaran 1 lembar, photo copy kartu identitas 1 lembar, pas foto 2 lembar, amplop berukuran A4 satu lembar, sehingga totalnya terdiri dari 7 lembar kertas. Ini jumlah minimal lho. Bayangkan jika untuk satu posisi HRD mendapatkan 30Â pelamar maka jumlah kertas yang masuk ke departemen HRD adalah 210 lembar. Jika ternyata yang dibutuhkan oleh HRD untuk mengisi jabatan yang diperlukan hanyalah 1 orang maka praktis 203 kertas lainnya akan menjadi sampah yang menumpuk di departemen HRD yang bisa jadi tetap disimpan sebagai rekam jejak rekruitmen. Namun kertas-kertas tersebut tidak berperan lebih dari sekedar arsip semata. Bukankah ini sama artinya HRD sebagai penyumbang aktif [DONATUR] sampah?
Berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk 203 kertas tersebut? Belum lagi nilai rupiah yang harus dikeluarkan oleh pelamar untuk mengirimkan lamaran tersebut. Minimal biaya untuk penyiapan dan pengiriman berkas lamaran adalah 2.000 untuk pas photo, 1.000 untuk amplop, 2000 untuk CV dan surat lamaran, serta Rp. 8.000,- untuk jasa pengiriman lamaran via pos, sehingga total biaya yang harus ditanggung pelamar adalah Rp. 13.000,-. Jika tadi kita asumsi jumlah lamaran yang masuk adalah 30 berkas maka total rupiah yang dikeluarkan oleh seluruh pelamar adalah  Rp. 390.000,-. Bukankah uang senilai itu dapat dimanfaatkan untuk satu kali sarapan dan satu kali makan siang pelamar?
Akan lebih bijak kiranya jika HRD menggunakan media internet untuk menjaring calon karyawannya. Mengapa? Ketika para pelamar diarahkan untuk mengirimkan berkas lamarannya melalui email maka banyak sekali kemudahan dan manfaat yang di dapat, seperti :
- Lebih hemat waktu karena pelamar tidak perlu menyisihkan waktu untuk print out lamaran dan mengirimkannya ke kantor pos, tetapi cukup menyiapkan soft copy dan mengirimkannya by email.
- Berkas lamaran dapat sampai ke tangan HRD secara lebih cepat [dalam hitungan detik] sehingga dapat lebih cepat untuk melakukan proses seleksi calon pegawai.
- Biaya yang dikeluarkan oleh pelamar lebih hemat. Misalkan pelamar tidak memiliki fasilitas internet di rumahnya, maka ia dapat pergi ke warnet dan membayar biaya rental internet sekitar Rp. 4.000,- [asumsi pelamar menggunakan internet 1 jam].
- HRD dapat IKUT AKTIF DALAM MENCIPTAKAN BUMI LEBIH HIJAU [GO GREEN] karena mampu menghindari penggunaan kertas. Semua berkas terarsip dengan baik dalam bentuk soft copy. Selain itu meja kerja dan lemari kerja HRD juga terhindar dari tumpukan kertas-kertas lamaran yang suatu saat akan berubah fungsi menjadi sampah.
So, untuk HRD mari memanfaatkan fasilitas internet untuk proses rekruitmen, terbukti bahwa langkah kecil ini mampu membawa sebuah perubahan besar bagi pelamar, bagi HRD, dan yang lebih istimewa yakni BAGI BUMI, BAGI LINGKUNGAN. Langkah kecil ini mampu meminimalisir penebangan pohon sehingga pohon dapat hidup lebih lama dan menjalankan peran yang jauh lebih besar yakni sebagai paru-paru dunia.