[caption id="attachment_202201" align="aligncenter" width="422" caption="Ini adalah momen di mana rombongan sedang bersiap-siap untuk segera diarak keliling kampung."][/caption]
Lain padang lain ilalang, demikian kiranya pepatah yang mengilustrasikan sebuah pernikahan. Di setiap daerah acara pernikahan tentunya dilangsungkan sesuai dengan adat atau kebiasaan setempat. Demikian pula halnya sebuah upacara pernikahan di ranah minang. Apakah anda cukup familiar dengan upacara adat yang satu ini? Jika tidak anda tak perlu risau karena berikut ini saya akan mengulas sebuah acara resepsi pernikahan yang dilangsungkan oleh anak nagari Minangkabau.
Baralek adalah istilah yang digunakan untuk penyelenggaraan pesta pernikahan di Sumatera Barat [Minang]. Acara baralek yang akan saya sajikan berikut ini dilangsungkan dua tahun yang lalu tepatnya tanggal4Oktober 2009. Acara pernikahan ini cukup menggemparkan kami semua karena beberapa hari sebelum peristiwa sakral ini dilangsungkan, wilayah Sumatera Barat diguncang oleh gempa berkekuatan besar sehingga menelan banyak korban. Di tengah suasana berkabung acara baralek yang telah direncanakan jauh-jauh hari tetap dilangsungkan.
Pernikahan yang dilangsungkan ini tak hanya melibatkan satu pasangan melainkan dua pasangan pengantin, meski begitu ini bukanlah pernikahan massal tentunya. Pernikahan ini adalah pernikahan saudara kandung saya, tepatnya abang dan kakak saya dengan pasangannya masing-masing. Saya tak menyangka pernikahan mereka ini bisa berlangsung bersamaan meskipun saya tahu persis mereka tumbuh bersama bak saudara kembar semenjak kecilnya. Ya, jarak usia mereka tak berbilang tahun tetapi hanya terpaut 10 bulan saja.
Ijab kabul saudara perempuan saya [anak pertama di keluarga kami] diselenggarakan tanggal 2 Oktober 2009 sedangkan saudara laki-laki saya diselenggarakan sehari setelah itu. Tepat tanggal 4 Oktober 2009 resepsi pernikahan [acara baralek] pun digelar. Pernikahan bukanlah perkara dua kubu keluarga saja melainkan melibatkan dua kaum [suku].Salah satu momentum yang menarik dari upacara adat di ranah minang adalah acara bararak. Pasangan mempelai akan diarak keliling kampung yang mana mereka diikuti oleh rombongan yang terdiri dari induak bako [adik atau kakak kandung ayah atau sanak family lainnya yang satu suku dengan ayah], family dekat, orang sekampung serta teman-teman.
[caption id="attachment_202202" align="aligncenter" width="311" caption="Para induak bako berbaris untuk siap ikut mengarak anak daro dan marapulai."]
[/caption]
Rombongan yang ikut serta dalam acara bararak tak hanya lenggang kangkung melainkan mereka ikut membawa dulang [wadah bulat berbentuk seperti baki bulat yang berkaki sehingga dapat dijunjung di atas kepala]. Isi dulang antara lain aneka sambal, nasi dan beragam pangacok [makanan ringan atau kue basah tradisional seperti panyaram, kue meloyang, kue bolu, lamang, dan sebagainya]. Dulang di bawa oleh para wanita sementara kaum laki menyemarakan arak-arakan pengantin dengan memainkan rebana.
Yang tak kalah menarik dari sebuah acara bararak ini yakni hadirnya para dara yang memberikan hiburan berupa tari piring. Tari piring ditarikan sambil berjalan di depan rombongan arak-arakan dengan mengikuti iringan musik yang keluar dari talempong yang dimainkan. Tarian di mulai sejak rombongan bergerak hingga rombongan sampai di rumah tempat diselenggarakannya acara baralek. Sesampai di depan rumah anak daro, rombongan berhenti sebentar sementari tari piring terus dimainkan beberapa saat seperti tampak pada gambar di atas.
Tarian usai, kemudian mulailah mamak [saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki sesuku dengan ibu anak daro] akan memberikan beberapa petatah petitih guna menyambut kedatangan rombongan marapulai dan anak daro tersebut.
Petatah petitih adat usai disampaikan dan rombongan anak daro dan marapulai siap untuk melangkah menuju pelaminan yang sudah disiapkan. Namun sayang, cuaca tidak sesemarak warna merah yang dikenakan oleh para penganten. Hujan mulai mengguyur bumi serta merta membuat kami segera menyambar payung untuk memayungi anak daro dan marapulai. Meski begitu rombongan tak otomatis bubar menjauhi hujan melainkan tetap tertib dalam rombongan dan masuk ke rumah anak daro dengan santun dan tertib.
Setiap tamu yang datang selalu disambut dengan senyum ramah para pagar ayu. Para tamu dapat mencicipi aneka snack, buah, dan makanan yang disediakan.
Keunikan lain dari acara baralek ini tampak dari acara makan. Makanan dihidang di dalam rumah. Makanan di tata di atas piring yang disusun rapi di atas alas meja berwarna putih. Tak hanya nasi beserta lauk dan sayuran saja, piring-piring berisi aneka kue dan buah pisang juga ikut menyemarakkan hidangan yang siap untuk disantap oleh para undangan dan keluarga.
Tak hanya orang yang berbusana adat, rumahpun dikenakan pakaian berupa kain yang menutupi setiap dinding rumah sehingga nuansa adat kian terasa.
Makanan dan minuman yang disantap dalam acara baralek tersebut bukan pesanan dari catering tetapi hasil racikan dari tangan para ibu-ibu yang dengan penuh cinta memasaknya di dapur. Meski menyiapkan aneka makanan dalam jumlah besar namun tak sedikitpun tergores guratan lelah di wajah kaum hawa itu. Sesimpul senyuman manis senantiasa menghiasi wajah mereka.
Acara baralek ini tak hanya mengusung adat dalam bentuk pakaian dan prosesi acara yang dilangsungkan. Musik yang dimainkan guna menghibur tetamu yang hadir pun adalah musik tradisional. Rebana dimainkan oleh para lelaki untuk menyemarakkan acara di malam harinya. Mendengar alunan suara rebana mengingatkan kita akan kekentalan budaya melayu yang melekat di dalamnya. Tak ada musik-musik modern yang hingar bingar memekakan telinga, tak ada pula tarian atau dance yang berbusana minim dan mengubar aurat kemana-mana. Inilah acara baralek orang minang yang penuh dengan nilai-nilai kekerabatan dan adat yang menyelimutinya.
Lihat Sosbud Selengkapnya