Kuantitas wanita aktif (baca : high quality woman) hampir tak terbendung. Ruang gerak wanita yang dulunya dominan di daerah "UR" (sumur, dapur, kasur), sekarang sudah mencair hingga area yang tak terbatas (unlimited area). Peranan wanita hampir sama dengan pria, bahkan ada di bidang-bidang tertentu wanita mampu berprestasi beyond a man. It real dan ini sebuah pencapaian yang luar biasa. Namun satu hal yang perlu disadari oleh wanita, bahwa ada peranan yang tak akan pernah mampu ditempatinya yakni peran "suami dan imam". Peranan yang saya maksud di sini bukan "suami" dalam perannya sebagai pencari nafkah. Setinggi apapun kualitasnya seorang wanita dan sekaya apapun dia, dalam konsep keluarga, dia tetap seorang istri yang wajib menghormati suaminya.
Setinggi apapun jabatan seorang wanita, dalam sholat berjamaah di mana ada pria dan wanita, maka peran imam tak terelakkan dipegang oleh "pria". Karena memang demikianlah sunnahnya. Wanita adalah makmum. Saya paham bahwa wanita bisa memiliki kapasitas yang sebanding dengan pria, namun saya berharap sebagai perempuan kita pun harus legowo bahwa ada ruang yang tidak bisa kita masuki. It a man function only. Di sinilah bahwa kita boleh menyuarakan "emansipasi wanita" tapi tetap dalam koridor yang benar, tidak menabrak kodrat dan sunnah yang sudah ada.
Kodrat kita sebagai wanita jangan pula melahirkan persepsi "wanita dijajah pria" alias "second quality". Sama sekali bukan. Kodrat wanita itu ada justru untuk memuliakan wanita itu sendiri. Namun fenomena yang ada saat ini justru kaum feminisme senantisa menolak mentah-mentah jika ada regulasi yang dibuat untuk melindungi wanita (misalnya mengenai tata cara berbusana, batasan jam tertentu di mana dalam skop itu wanita jika beraktivitas di luar rumah harus ditemani mahramnya, dan sebagainya). Kaum feminis langsung kebakaran jenggot dan menolak mentah-mentah wacana tersebut dengan mengusung HAM dan emansipasi wanita sebagai landasan aksinya. Betapa anehnya negeri ini. Sadarilah, bahwa kita memang berbeda dan tidak akan pernah sama. Namun perbedaan itu dibuat untuk memuliakan wanita.
Kaum feminis mengangkat berbagai tema yang menegaskan repotnya menjadi wanita dan ketidakbebasan wanita. Ini sungguh persepsi yang dangkal karena hanya melihat di permukaan saja. Berbagai alasan dijadikan materi propagandanya, seperti :
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung Dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak terletak di tangan suami Dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid Dan nifas yang tak Ada pada lelaki.
Propaganda-propagan seperti itu justru sebuah kemunduran kaum perempuan dalam berpikir dan menganalisa.
Saya pikir akan lebih bijak jika mereka (baca kaum feminis) juga melihat sisi lain dari perempuan yang justru lebih merdeka dari pada pria. Berikut ini beberapa contoh betapa banyak kemudahan dan kemulian yang diberikan kepada wanita :
1. Benda yang Mahal harganya akan dijaga Dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman Dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.
2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?
3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya Dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri Dan anak-anak.
4. Wanita perlu bersusah payah mengandung Dan melahirkan anak,tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat Dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, Dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid Dan surga menantinya.
5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung- jawabkan terhadap! 4 wanita, yaitu: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki,yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya Dan saudara lelakinya.