Blitar, 9 Februari 2023 -- Siapa sih yang tidak tahu namanya rokok? Semua orang pasti mengetahui tentangnya, bahkan mudah sekali kita untuk menemukan yang namanya slogan-slogan anti-rokok dimanapun.
Bahkan gambar diatas, Bapak Presiden Soekarno saja juga merokok. Namun banyak orang telah mengamini doktrin bahwasanya merokok adalah perilaku buruk. Tapi memang buruk, jika kita merokoknya sampai meresahkan yang lain, misalnya ; sampai mengakibatkan kebakaran, menekan putung yang masih menyala di kulit temanmu atau lain lainnya.
Rokok berasal dari bahasa Belanda (Rokken) atau populer dengan sebutan sigaret di kalangan internasional, udud dalam bahasa Jawa adalah sebuah benda yang biasanya dihirup asapnya, berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam saku. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memeringatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya pesan tersebut sering diabaikan).
Yang pertama kalinya menemukan rokok adalah suku bangsa Indian di Amerika, mereka merokok untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba mengisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turkiye dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Seperti pada umumnya sejarah yang berkelakaran Indonesia, tak jelas memang asal usul yang akurat tentang rokok kretek. Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkih. Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkih dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Berita ini pun menyebar cepat. Menurut beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama.
Bahkan sebelun Haji Djamari dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan Agung menjual rokok "klobot" (rokok kretek dengan bungkus kulit jangung kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.
Ada juga teori masuknya rokok di indonesia menurut teori perdangangan. Kehadiran tembakau pertama kali di Indonesia adalah pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1600-an. Kala itu, para pedagang Portugis yang datang ke Pulau Jawa membawa tanaman tembakau untuk ditanam di tanah Jawa.
Begitulah sejarah rokok yang bisa kita percayai salah satunya, atau bahkan sekedar referensi saja dan mempercayai sejarah yang kita buat dan kita tulis sendiri. Selanjutnya kita bahas saja seperti judulnya yang telah tertera, yaitu tentang 'apakah rokok itu berbahaya? Jika tidak, kenapa banyak ditemui poster-poster anti-tokok? Simak beberapa poin dibawah ini beserta penjelasannya, agar tidak terus menjadi beban pikiran karena masih banyak teka-teki di kepala kita,
1. Sejarah, dalam sejarahnya, salah satu sumber menyebutkan bahwa di Indonesia khususnya, pada awalnya rokok dimanfaatkan sebagai obat oleh Haji Djamari sebagai penyembuhan sakitnya dada Haji Djamari. Karena kejadihan tersebutlah rokok mulai digemari banyak masyarakat Indonesia.