Nama : Arina Fauzia (221510000506)
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Prodi : Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Dosen Pengampu : Dr. Wahidullah, S.H.I., M.H.
Mata Kuliah : Pancasila
MANIFESTASI HUBBUL WATHON MINAL IMAN PADA GENERASI MILENIAL
Bangsa besar adalah bangsa yang membela nasionalisme, nilai-nilai semangat kebangsaan dan agama. Dalam konteks Bangsa Indonesia: nasionalisme menjadi harga mati karena merupakan bentuk ketaatan terhadap negara dan konstitusi serta wujud ketaatan beragama. Seorang nasionalis adalah tanda orang beragama yang kafah.
Dalam konteks Indonesia ini, tidak perlu dibedakan antara pemisahan agama dan negara. Agama dan negara bisa selaras dan senada. Semua ini dirangkum secara rinci dalam Pancasila yang menerima segala perbedaan dan kepentingan. Indonesia adalah negara yang berbeda dari negara lain karena bisa menggabungkan semangat nasional (kebangsaan) dan agama. Jadi tidak semua negara memiliki konsep negara ideal yang sesuai dengan segala kepentingan dan perbedaan. Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras, warna kulit, bahasa dan budaya dapat disatukan menjadi satu kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berjiwa nasionalisme.Â
Konflik antara nasionalisme dan semangat keagamaan semakin meningkat karena adanya kepentingan politik. ditambah dengan adanya Suku, Ras, Agama dan Antargolongan (SARA) yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Adanya kelompok yang mengusung semangat "negara Islam" malah memperburuk kondisi bangsa. Kalaupun tetap berpegang pada nasionalisme dan pancasila, sangat Islami dan tidak menyimpang dari esensi keislaman itu sendiri.
Indonesia memang bukan negara Islam (daulah islamiyah) dan tidak bisa disangkal. Meski tidak berstatus negara Islam, bukan berarti negara seperti Indonesia ini dianggap sebagai negara yang tidak sah. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Mengenai sistem ketatanegaraan Indonesia, tidak dapat dikatakan sebagai sistem yang kafir atau tidak berlaku menurut hukum Syariah.Â
Pada masa lampau, Indonesia memiliki Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan gelar "Khalifatullah Panembahan Senopati Ing Alaga Sayyidin Panatagama". Walaupun Mataram saat itu sudah dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam di tanah Jawa, namun kemudian disusul oleh Kerajaan Pajang.Â