Mohon tunggu...
Arina Damayanti
Arina Damayanti Mohon Tunggu... -

Silvikultur Fakultas Kehutanan UGM 2011

Selanjutnya

Tutup

Money

Visi Sang Presiden: Mendongkrak Nilai Jual Hasil Hutan Non Kayu

17 Maret 2014   05:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:51 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tidak diragukan lagi bahwa Indonesia memang telah dibekali Tuhan melalui sumberdaya yang begitu melimpah untuk membangun kesejahteraan bangsa dan negara. Sayangnya, keberadaan modal besar ini tidak diimbangi dengan kemauan dan kemampuan untuk mengolah sehingga natural resources yang dimiliki hanya dijual sebagai barang mentah saja. Bahan baku mentah hasil hutan non kayu diolah di negara lain, kemudian dalam bentuk finishing dijual ke Indonesia. Hal ini sungguh ironis sebab masyarakat Indonesia membeli barang jadi dari negara lain yang bahan bakunya ternyata berasal dari kampung sendiri.

Dalam ekonomi kehutanan diketahui bahwa ada dua macam klasifikasi manfaat barang, yaitu tangible cost dan intangible cost. Tangible cost merupakan kelompok manfaat yang dapat dihitung dan diuangkan seperti kayu maupun hasil hutan non kayu. Sedangkan intangible cost –tentu saja, merupakan manfaat yang tidak dapat diuangkan, sebagai konsekuensi, intangible ini lebih besar dampaknya. Misalnya ekologi, jasa pariwisata, maupun fungsi estetika. Nah, masa depan hutan Indonesia bukan lagi terletak pada kayu, karena walaupun telah banyak penelitian tentang pemuliaan pohon untuk memperpendek daur, tetap saya pertumbuhan kayu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Oleh karena itu, masa depan ekonomi kehutanan Indonesia terletak pada hasil hutan non kayu yang notabene merupakan tangible cost.

Sebut saja karet dari getah jelutung (Dyera spp) yang dimanfaatkan sebagai ban maupun campuran permen karet. Atau minyak sawit Indonesia yang kemudian dijadikan bahan pembuat sabun, sampo, dan lain-lain. Selama ini, sebagian besar orang melihat bahwa perekonomian dari sektor kehutanan ditopang oleh hasil kayu. Padahal sebaliknya justru hasil hutan non kayu lebih yang belum tereksplor ini yang memberikan sumbangsih yang cukup besar.

Sebagai seorang presiden, saya akan meluruskan pandangan bahwa forest tidak hanya berorientasi pada kelangsungan ekologi, tetapi juga kelangsungan hasil untuk ekonomi yang lebih baik. Tetapi, sayang sekali produk HHNK tidak begitu dilirik oleh perusahaan-perusahaan besar. Oleh karena itu, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang kehutanan harus didorong baik dari segi inovasi, pendanaan, produksi, maupun pemasaran. Mengarahkan dan memberi kepercayaan masyarakat untuk memegang sektor ini memang tidak mudah, mengingat saat ini memang pengusaha yang berada di porsi ini masih minim.

Data yang tercatat di KEMENPERIN, Hasil Hutan Ikutan (HHI) atau HHNK berupa bahan penyamak/gambir, terpentin, kelompok sirlak, getah, dan damar, ter kayu, dan rosin spiritus meningkat sebesar 13,48% sejak tahun 2007 hingga tahun 2011. Tetapi, jika dibandingkan dengan hasil industri yang lain seperti alat listrik, tambang, mainan, kosmetik, maupun pengolahan kayu jumlah dolar yang dihasilkan bisa dibilang sangat sedikit. Memang jika dijual, hasil hutan ikutan tidak semahal bahan yang lain. Tetapi jika dilakukan pengolahan, tentu nilai jualnya akan bertambah.

Tentu kita harus memahami bahwa natural resources yang menjadi modal besar kita tidak semata-mata hanya untuk kepentingan ekologi maupun kepentingan ekonomi saja. Tetapi keduanya harus diupayakan untuk berjalan beriringan. Sebagai seorang rimbawan, yaitu orang yang telah selesai dengan pendidikan kehutanannya, kita tentu memahami masalah institusional para rimbawan, maupun sistem kerja di bidang kehutanan. Oleh karena itu, tentu dibutuhkan sinergitas untuk memperbaiki hutan dan bangsa kita. Dari segi akademis, diharapkan adanya dukungan dari para sarjana, doktor, bahkan profesor untuk mendorong mahasiswanya melalui forum wirausaha kehutanan. Kepada para pengusaha, pemerintah akan intensif dalam memberikan bantuan dengan syarat agar perusahaan lebih gencar lagi dalam membidik mahasiswa untuk diberdayakan dan diberi pelajaran dalam hal wirausaha kehutanan. Sehingga nantinya diharapkan akan muncul inovator-inovator muda berkaitan dengan hasil hutan non kayu. Terakhir, harapan saya adalah masyarakat agar mampu mengoptimalkan peran strategisnya sebagai kelompok pengawas, pengontrol, sekaligus penikmat dari hasil hutan non kayu tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun