Mohon tunggu...
Arina Adila
Arina Adila Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Akuntansi, Universitas Negeri Semarang

....

Selanjutnya

Tutup

Money

Tas dari Kain Tenun Kafan? Inovasi Mahasiswa KKN untuk Desa Cikuya

27 Agustus 2019   14:38 Diperbarui: 28 Agustus 2019   11:28 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Brebes- Mahasiswa KKN UNNES di Desa Cikuya, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui program-program kerja yang selaras dengan potensi yang sebelumnya telah dimiliki oleh desa. Adapun salah satu program kerja yang menjadi unggulan tim KKN adalah diversifikasi kain tenun kafan.

            Kain khas Cikuya ini ditenun menggunakan alat dan metode tradisional. Menurut Mbah Daslem (70 tahun), "Kain tenun kafan ini lebih bagus kualitasnya dari kain yang lainnya, tekstur yang lebih tebal dan adem digunakan". (Selasa, 20/08/2019).

            Sayangnya, para penenun kain kafan hanya segelintir orang saja dan berusia lanjut. "Selain itu, tidak adanya kalangan muda yang mau melanjutkan dan lebih memilih menjadi buruh". Tambah Mbah Daslem. Tidak adanya regenerasi menjadikan potensi desa ini terancam punah. Harga jual yang tidak sepadan membuat masyarakat enggan menekuni profesi tersebut. Selain itu, orientasi hasil penenun hanya sebatas kain kafan semata. Sedangkan, proses penenunan membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari untuk 1 lajur kain kafan sehingga produksi yang dihasilkan pun terbatas. "Hasil tenun langsung saya jual ke tengkulak dengan harga Rp 45.000/ lajur" ujar Mbah Daslem. Harga jual yang rendah menjadikan pekerjaan ini kurang diminati.

            Dengan demikian, mahasiswa KKN UNNES melakukan inovasi melalui diversifikasi kain tenun kafan. Upaya diversifikasi dapat meningkatkan nilai jual suatu produk. Terlebih, kegiatan tersebut dimaksudkan guna menjaga eksistensi kain tenun kafan itu sendiri. Ide mengubah kain tenun kafan menjadi tas Totte bag yang menarik berasal dari trend kalangan anak muda sekarang.

            Proses pembuatan tas totte bag sangat sederhana. Langkah awal yakni, kain tenun kafan dicuci terlebih dahulu agar noda yang kotor menghilang. Selanjutnya, kain melalui proses pengeringan. Setelah kering, kain di setrika supaya tidak kusut. Kemudian, bentuk pola segi empat atau sesuai dengan keinginan. Pola yang telah terbentuk dipotong lalu dijahit dengan benang. Untuk hasil yang lebih bagus, tambahkan gambar di depan tas seusai dengan kreativitas masing-masing. Walaupun sederhana, kain tenun kafan yang telah disulap menjadi totte bag mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

2-5d64f7e7097f366e1a3d2312.jpg
2-5d64f7e7097f366e1a3d2312.jpg
Dalam upaya pencapaian program diversifikasi ini, mahasiswa KKN UNNES melakukan beberapa strategi khusus. Selain melakukan pendekatan secara personal melalui sosialisasi door to door (yaitu mengunjungi satu rumah ke rumah pengrajin lainnya). Tim KKN juga melakukan pendekatan secara terbuka melalui kegiatan "Pelatihan" dengan judul "Pelatihan Usaha Kecil dan Menengah Melalui Pola Kemitraan untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat dalam Menghadapi Pasar Global" yang diselenggarakan di aula balai Desa Cikuya. Dimana kegiatan ini bertujuan untuk memberikan literasi serta pelatihan mengenai cara diversifikasi atas potensi kain kafan serta memberikan tahapan-tahapan apa saja yang harus dilakukan.

                  Tahapan-tahapan yang diberikan oleh Tim KKN kepada masyarakat dalam upaya diversifikasi tidaklah sulit. Pertama, tim KKN UNNES memberikan gagasan/saran mengenai inovasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan kain tenun kafan. Hal tersebut bermaksud supaya masyarakat terkhusus para pengrajin mampu mempunyai gambaran dalam hal diversifikasi produk. Selanjutnya, mengenalkan langkah-langkah pembuatan totte bag kepada masyarakat. Terakhir, memberikan dorongan/motivasi dalam mengembangkan kreativitas terhadap potensi yang dimiliki. Peserta dalam seminar ini beragam dari berbagai kalangan, yakni Ibu-ibu PKK, wirausaha, remaja karang taruna desa, serta para perangkat Desa Cikuya.

1-5d64f252097f3606cc5f5c72.jpg
1-5d64f252097f3606cc5f5c72.jpg
Mahasiswa KKN UNNES berharap dengan adanya kegiatan diversifikasi kain tenun kafan dapat meningkatkan margin, melestarikan potensi desa, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa Cikuya. "Dengan adanya upaya yang optimal serta visioner, tim Kami berharap agar kearifan lokal yang telah ada tidak punah tergerus oleh arus perkembangan zaman. Melainkan, eksistensi kearifan lokal tersebut tetap terjaga dan dapat dikembangkan secara optimal". Kata Saekhul Hana, kormades KKN Desa Cikuya, Kec. Banjarharjo, Kab. Brebes.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun