Mohon tunggu...
Arn.Meee
Arn.Meee Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

Juru Kampanye ENFP-T

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency

Kasus Terrorist Financing melalui Cryptocurrency: Penyelidikan India di Wilayah Khurasan

10 Juli 2024   19:05 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/625226360794325561/

Salah satu kelompok teroris yang paling aktif dan berbahaya di Asia Selatan, terutama di Afghanistan dan Pakistan, adalah Khorasan Province of Islamic State (ISKP). ISKP memiliki taktik brutal dan sering menggunakan serangan bunuh diri, pengeboman, dan penyergapan. Selain itu, mereka memanfaatkan celah di perbatasan Afghanistan dan Pakistan untuk melakukan operasi lintas batas yang membuat mereka sulit dilacak dan dihentikan oleh pihak berwenang di negara tersebut. ISKP adalah cabang dari ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)yakni kelompok teroris yang didirikan pada tahun 2015. Aktivitas ISKP mencakup berusaha menggoyahkan stabilitas regional dan melakukan serangan terhadap pasukan keamanan, warga sipil, dan institusi pemerintah.

ISPK menggunakan cryptocurrency untuk berbagai tujuan, mulai dari membeli senjata dan bahan peledak hingga membiayai operasional sehari-hari mereka. Ada banyak cara untuk mendapatkan uang ini, seperti donasi anonim dari pendukung, pencucian uang, dan bahkan serangan siber seperti ransomware. Selain itu, ISKP melakukan aksi melalui cryptocurrency untuk memindahkan dana dengan cepat dan efisien ke berbagai tempat tanpa meninggalkan jejak yang jelas. Ini membuat lembaga penegak hukum dan badan intelijen lebih sulit untuk melacak dan menghentikan aliran dana teroris. Selain itu, untuk menangani ancaman global dan memastikan bahwa cryptocurrency tidak digunakan untuk tujuan terorisme, diperlukan kerja sama internasional.

Pasangan Kashmir, Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh, menjadi perhatian media global setelah ditangkap oleh aparat keamanan India di Delhi pada bulan Maret 2020. Penangkapan ini merupakan bagian dari operasi besar yang dilakukan oleh National Investigation Agency (NIA) untuk memerangi terorisme di negara tersebut. Diduga Jahanzaib Sami menjalin relasi dengan kelompok teroris Islamic State of Khorasan Province (ISKP) yang merupakan cabang dari ISIS yang beroperasi di wilayah Afghanistan dan Pakistan. Di sisi lain, Hina Bashir Beigh, diduga terlibat dalam kegiatan terorisme dan membantu suaminya merencanakan serangan di India.

Menurut penyelidikan polisi, Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh diduga merencanakan serangan dengan menggunakan teknologi canggih seperti aplikasi pesan terenkripsi dan media sosial. Selain itu, Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh dituduh terlibat dalam penggalangan dana untuk mendukung aktivitas teroris mereka. Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh dituduh menggunakan metode canggih untuk menggalang dana. Mereka mengumpulkan dan mentransfer dana secara anonim dengan menggunakan metode pencucian uang dan cryptocurrency. Hal ini membuat pihak berwenang lebih sulit untuk mengawasi aktivitas keuangan mereka. Cryptocurrency, terutama mata uang Bitcoin, adalah salah satu cara yang paling umum digunakan. Penyelidikan menunjukkan bahwa pasangan ini menerima alamat Bitcoin dari operasi ISIS yang berbasis di Suriah. Alamat Bitcoin ini digunakan untuk menerima donasi dari donatur yang mendukung tujuan mereka.

Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh mengumpulkan dana melalui cryptocurrency ke dua negara utama: Suriah dan India. Kedua negara ini merupakan lokasi strategis untuk operasi teroris yang mereka rencanakan. India dipilih karena keberadaannya sebagai tujuan utama ISKP untuk menimbulkan ketidakstabilan di seluruh wilayah. Selain itu, Suriah adalah tempat banyak kelompok teroris beroperasi, termasuk ISIS, dan mereka sangat membantu dalam logistik dan operasi.

Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh menggalangkan dana menggunakan cryptocurrency yang memungkinkan mereka untuk mengumpulkan dan mendistribusikan dana secara anonym. Sehingga sulit dilacak oleh otoritas penegak hukum. Kegiatan penggalangan dana ini memiliki dampak yang signifikan terhadap keamanan nasional India. Selanjutnya, dana ini digunakan untuk mendukung berbagai tujuan terorisme. Ini termasuk membeli senjata api, bahan peledak, dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk melakukan serangan teroris di India. Serangan-serangan ini menimbulkan ketakutan dan ketidakstabilan di masyarakat selain mengakibatkan kerugian material. Ini dapat menyebabkan ketegangan sosial yang lebih tinggi, gangguan terhadap aktivitas ekonomi, dan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah untuk melindungi negara. Selain itu, serangan teroris yang sukses dapat mendorong kelompok ekstremis lain untuk melakukan hal yang sama, yang menghasilkan siklus kekerasan yang terus berlanjut.

Penangkapan Jahanzaib Sami dan Hina Bashir Beigh, serta pengungkapan penggunaan cryptocurrency untuk pendanaan terorisme, direspons dengan tegas oleh pemerintah India. Untuk melacak dan menahan anggota lain dari jaringan ISKP yang terlibat, National Investigation Agency (NIA) dan lembaga keamanan lainnya segera meningkatkan operasi intelijennya. Selain itu, pemerintah India memperketat pengawasan di perbatasan dan mengontrol komunikasi digital yang mencurigakan. Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan internet dan platform media sosial untuk menemukan dan menutup akun yang digunakan untuk penggalangan dana dan propaganda teroris.

Respon otoritas India terhadap kasus pendanaan terorisme cryptocurrency menunjukkan komitmen yang kuat terhadap keamanan negara. Dilakukan peningkatan pengawasan, penguatan regulasi, dan kerja sama internasional. Pemerintah India menggunakan strategi yang komprehensif ini untuk mencegah kelompok teroris memanfaatkan celah dan memastikan bahwa cryptocurrency tidak lagi digunakan untuk mendukung aktivitas teroris. Upaya ini merupakan langkah penting dalam melindungi masyarakat dan negara dari ancaman terorisme yang terus meningkat.

Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya penerapan pendekatan komprehensif dan kerja sama dalam memerangi pendanaan terorisme melalui cryptocurrency. Untuk mengatasi ancaman ini, negara-negara di seluruh dunia harus bekerja sama dalam upaya penegakan hukum, meningkatkan regulasi, dan meningkatkan pengawasan. Jika langkah-langkah ini dilakukan, maka dapat meningkatkan keamanan global dan menghentikan pendanaan terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun