Mohon tunggu...
Siti Arina Imah
Siti Arina Imah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kemunafikan atau Kesabaran?

17 Februari 2015   21:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika hati ini tersakiti hanya Allah SWT yang setia menemaniku dan Shalawat Nabi yang mampu menenangkan hati ini. Saat hati terasa sakit ku hanya bisa melakukan dengan kesabaran dan senyuman. Kadang ku bingung dengan senyumanku ini, senyuman palsu atau senyuman kesabaran. Hari demi hari ku lewati sakitnya hati ini dengan sabar dan senyuman, tapi rasa sakit hati ini tetap sakit dan tak sedikitpun ku mendengar celotehan orang lain yang kasihan kepadaku, mungkin mereka menganggap ku tak mampu menjalani keadaan ini, tapi ini memang jalan Allah SWT, ku malah bersyukur dengan adanya sakit hati ini yang membuatku untuk meningkatkan kesabaran.

Tapi dengan senyumanku itu apa aku munafik dengan hatiku atau aku menghadapi ini dengan sabar, mengapa begitu? Ketika hati ini sakit, ku harus tetap tersenyum meski hati ini sakit. Nah apakah itu aku lagi munafik dengan hatiku?, padahal ku tak ingin membuat orang lain bertanya-tanya dengan keadaanku.

Mengenalmu itu keindahan bagiku, ketika rasa ini hadir atas kehendak Allah SWT, ku hanya mampu berdo’a demi keabadian rasa ini. Ntah saat ini, rasa yang kau miliki kemana?, tapi tenang saja, ku kan slalu mendo’akanmu menjadi yang terbaik.

Ku ingin bertanya padamu, “Ketika diri ini bagaikan pohon rindang, dengan akar yang kokoh, kau datang untuk berteduh diteriknya matahari untuk mencari kesejukan dibawah pohon itu, namun ketika pohon tlah meranggas, berguguran daunnya, akarnyapun mulai rapuh. Apakah kau tetap akan berteduh dibawah pohon itu atau mungkin malah ingin menebangnya dan kau jadikan kayu bakar akhirnya menjadi abu?”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun