Mohon tunggu...
Arina Ifada
Arina Ifada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih proses belajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pelestarian Kesenian Wayang Melalui Tayangan Animasi Guna Menarik Minat Generasi Milenial yang Melek Teknologi

26 Januari 2022   19:53 Diperbarui: 27 Januari 2022   07:43 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemajuan teknologi semakin berkembang dari masa ke masa. Perkembangan yang semakin pesat ini dapat membawa pengaruh positif maupun negatif diberbagai bidang. Seperti di bidang seni dan budaya.  Akibat dari adanya kemajuan teknologi tersebut berbagai budaya dari luar dapat masuk dengan mudahnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup budaya bangsa.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau (Ardi, 2021). Dari banyaknya jumlah pulau yang ada menyebabkan Indonesia kaya akan keragaman budaya salah satunya adalah wayang. Wayang merupakan kesenian unik Indonesia yang berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Pada masa hindu budha wayang dijadikan media untuk menyebarkan agama hindu di Indonesia. Hal ini berlanjut saat agama islam masuk ke Indonesia dimana Sunan Kalijaga salah satu tokoh dari Wali Songo yang mengunakan wayang sebagai media untuk berdakwah. Beliau memodifikasi wayang kulit dari corak hindu menjadi corak islam. Pada dasarnya wayang terdiri atas beberapa macam seperti wayang beber khas Jawa Timur, wayang kulit khas Jawa Tengah, wayang klitik khas Jawa Timur, wayang golek khas Jawa Barat dan wayang wong(Voets, 2014).

 Wayang sendiri berasal dari kata " ma Hyang" yang memiliki arti menuju sepiritualitas Tuhan Yang Maha Kuasa (Indonesia Kaya, 2021). Orang yang memainkan wayang biasanya disebut dengan dalang. Dalam pementasan wayang biasanya diiringi dengan suara alat musik gamelan dan nyanyian tembang jawa dari sinden. Keunikan dari wayang menyebabkan mudahnya penyebaran wayang yang semula di Indonesia sampai ke penjuru dunia. Hingga eksistensinya diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Wayang sendiri tidak hanya sekedar tontonan yang menghibur, namun juga memiliki nilai-nilai moral dan spiritual yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur serta taat beragama.

Wayang Minim Peminat

Kemajuan teknologi mempermudah budaya luar untuk masuk ke negeri ini. Berbagai tarian, lagu, gaya hidup, dan lain-lain dengan mudahnya diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi oleh generasi muda yang melek teknologi dan melupakan jati dirinya sebagai anak bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang harus dilestarikan mulai dari tarian, lagu, seni pertunjukan dan lainnya.

Kebiasaan baru seperti memonton film di bioskop atau menghadiri acara konser musik favorit nyatanya lebih menarik minat mereka jika dibandingkan dengan menonton wayang. Hal ini yang menyebabkan wayang sepi peminat. Dimana generasi muda yang harusnya dapat melestarikan wayang dan memperkenalkan wayang di segala penjuru dunia sebagai budaya dan kesenian khas Indonesia yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri malah sibuk mempelajari budaya baru yang masuk dan meninggalkan budayanya sendiri. Hal ini apabila terus berlanjut maka akan menyebabkan wayang terlupakan. Atau lebih parahnya wayang akan diklam oleh negara lain sebagai budaya mereka.

Wayang Animasi Menarik Generasi Milenial Untuk Cinta Wayang

Generasi muda tidak boleh tinggal diam, wayang adalah budaya Indonesia, wayang adalah eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia. Maka dari itu di zaman yang serba maju seperti sekarang ini pertunjukan wayang dapat disesuaikan dengan perkembangan  zaman. Caranya dengan?

Menampilkan wayang dalam video animasi untuk menarik dan memperkenalkan kembali wayang kepada generasi milenial dengan bentuk baru namun masih tetap mempertahankan bentuk dan ciri khas asli wayang. Namun hanya cara pertunjukkannya yang berbeda. Wayang animasi akan dengan mudah diterima oleh generasi milenial terutama oleh anak-anak kecil  sehingga mereka dapat melihat dan mengetahui seni kebudayaan bangsa mereka sendiri namun dalam bentuk yang moderen. Dan untuk pertunjukkan wayang akan lebih baik diadakan sesering mungkin dalam acara pagelaran seni budaya atau festival budaya daerah. Sehingga walaupun wayang dan budaya lain ditampilkan dalam bentuk video maupun animasi yang dapat dilihat kapan saja namun pertunjukan asli wayang haruslah tetap dilestarikan sampai kapanpun sehingga generasi-generasi selanjutnya tetap dapat melihat seperti apa bentuk pertunjukkan wayang yang otentik di masa mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun