Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amatir

Writing is healing

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Khianat

22 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:08 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang perempuan menangis (sumber unsplash.com/@dani_franco)   

Masa telah ditempuh terlampau jauh

Diiringi antusias yang penuh 

Juga keyakinan hati yang kukuh 

Di mana rasa dan asa terlanjur tumbuh 

Melahirkan janji suci yang tampak tangguh


Namun, sekonyong-konyong goyah digebuk riuh

Menebar benih-benih gemuruh

Mengeroposkan kepercayaan yang mulanya teguh

Menjadikannya teramat rapuh

Menyisakan perasaan yang tak lagi utuh


Kesetiaanku dibunuh

Duniaku seakan runtuh 

Segala hal yang melekat indah dalam ikatan sah dipaksa melepuh

Di antara kami tak lagi teduh 

Sisa-sisa waktu hanya diisi huru-hara yang kian merusuh 


Batin yang berkecamuk perlahan lumpuh

Hancur tanpa tahu kapan bisa sembuh 

Sepatah kata sesalnya tak membuatku luluh 

Setelah mati-matian dibuat jatuh 

Kuputuskan pergi dengan membawa segala keluh

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun