Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Pejabat

6 Juli 2024   10:00 Diperbarui: 9 September 2024   13:14 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah timbangan (zendograph/stock.adobe.com)

Keadaan menjadi hening obrolan ditutup oleh helaan napas dalam dari setiap orang yang ada di sana. Soal perkara yang sedang ramai itu mau berakhir dengan penangkapan atau sebaliknya, tidak akan berpengaruh pada status mereka sebagai warga yang tertindas juga tidak merubah citra buruk institusi hukum di mata mereka. Hanya saja jika sampai pemuda 20 tahun itu ditangkap, warga bakal merasa lega dan puas dengan harapan anak itu tobat. 

***

Empat hari berlalu, polisi tidak mengumumkan hal apa pun. Entah kenapa Pamungkas seolah menghilang sedangkan orang dalam kepolisian mengatakan dia belum ditahan. Jika keberadaan si pelaku masih abu-abu, detail kronologi dan kondisi korban yang sempat ditutupi kini lebih benderang kabarnya. Hanz, si korban, yang berumur satu tahun lebih muda dari pelaku, masih dirawat di rumah sakit. 

Rupa tampan yang selalu panen pujian itu bonyok, tulang hidung retak dan sedikit robek di sudut bibir sebelah kiri. Selain di wajah, juga terdapat luka di leher dan perut. Kejadian perkara bertempat di lapangan saat gelaran konser dangdut koplo yang berlangsung pada malam hari. Menurut saksi, Hanz, terlebih dahulu diajak ketempat sepi dengan dalih ada hal penting yang perlu dibicarakan, tetapi malah berakhir dipukuli habis-habisan. Untuk motif sangatlah klise, masalah kebanyakan anak muda yaitu soal perempuan. 

Usut punya usut Pamungkas menaruh hati pada Mai, si kembang desa, sama halnya seperti kebanyakan pemuda lain. Namun, tentu saja sebagai gadis yang waras dia tidak mau sampai didekati lelaki problematik macam Pamungkas. Mengetahui Mai menonton konser bersama Hanz, otomatis memantik rasa cemburu yang menggebu-gebu sehingga terbesit niat busuk dan terjadilah pemukulan tersebut. Mai adalah saksi utama, dia yang memergoki teman lelakinya dipukuli Pamungkas. 

Jika Hanz berniat melawan, dia tidak akan sebabak belur itu, malahan Pamungkas lah yang bisa berakhir lebih memprihatinkan, mengingat sedari lama dirinya sudah mendalami ilmu beladiri taekwondo. Akan tetapi dia ingat dengan desas-desus bahwa Pamungkas memiliki senjata api, saat itu dia memikirkan kemungkinan terburuk jika seandainya sampai membalas pukulan. 

Dia khawatir anak pejabat satu ini membawa senpi diam-diam. Pada akhirnya dia pasrah dengan harapan sang ayah akan menyelesaikan perkara tersebut setelah kejadian. Tetapi, jika kebrutalan tetap berlanjut tanpa henti, Hanz sudah meniatkan akan melawan apa pun risikonya. Namun, beruntung Mai cepat datang membuat Pamungkas ngibrit melarikan diri. Sama halnya seperti Hanz, banyak orang sering merasa ketar-ketir ketika apes harus berurusan satu lawan satu dengan anak itu, kabar tentang kepemilikan senjata menjadi pemicunya.

Sebenarnya hal itu adalah isu lama bahkan bukan hanya senpi tapi juga narkoba. Informasi ini berawal dari orang yang pernah bekerja untuk bapak anak itu. Karena resah warga sempat melaporkannya, tapi tidak pernah ada tindakan apa pun dari aparat, jadi sampai saat ini hal tersebut tidak pernah terkonfirmasi. Tindak tanduk buruk Pamungkas seakan tak ada habisnya, celakanya dia selalu kebal hukum. Dari kenakalan masa sekolah yang masih bisa dimaafkan sampai yang fatal hingga layak disebut kriminal.  

Pamungkas seolah tidak bisa dihentikan terlebih "kuasa" bapaknya yang membuat dia tidak ada takut-takutnya. Warga sudah ditahap muak dan menunggu polisi meringkusnya. Meskipun status hukumnya belum jelas, tetapi warga tetap menunggu. Jika menilik penyebab perilaku baragajul yang mendarah daging dalam diri Pamungkas, sudah pasti erat kaitannya dengan kondisi psikologisnya yang terganggu akibat kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua. 

Tetangga Muaro tahu betul bagaimana kehidupan Pamungkas kecil yang getir. Sejak masih bayi merah dia sudah bertitel piatu, sang ibu meninggal saat melahirkannya. Bapaknya orang sibuk, dia pengusaha tambang. Anaknya banyak diasuh oleh baby sitter dengan bantuan anggota keluarganya. 

Meskipun sedari kecil hidup berkecukupan tidak kurang apa pun secara materi, akan tetapi dia tidak memiliki ikatan emosional yang dekat dengan bapaknya. Ketika emotional bonding tidak terjalin baik dengan anak, maka akan berdampak buruk pada tumbuh kembang si anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun