Ibunya jadi kebingungan kenapa bisa Anita mengajaknya ke sana. Antara Anita dan si pemilik toko seperti sudah berjanjian, karena tanpa basa-basi, mereka digiring ke meja kasir dan si pemilik toko menyodorkan kantong kertas. Anita mengeluarkan uang dari tas selempangnya sebesar Rp150.000 yang di mana terdiri cukup banyak koin recehan dan lembaran antara 2000 hingga 10.000-an, lalu memberikannya pada kasir. Tampaknya si kasir tak mempersoalkan pecahan rupiah yang beragam dari Anita.
"Ini untuk Ibu. Lihat dulu saja kalau tidak suka, Ibu bisa memilihnya sendiri," ucapnya seraya memberikan kantong kertas tersebut.
Ibunya ternganga menatap bocah kelas dua SD itu. Ia mengalihkan matanya ke pemilik toko yang kedapatan tengah melempar senyum. Ibu Anita menerima kantong yang diberikan anaknya lalu mengeluarkan benda yang ternyata sebuah dress panjang bermotif bunga berwarna lilac. Anak itu tahu betul warna favorit dan ukuran baju sang ibu, jadi ia sangat berharap ibunya menyukai dress pilihannya tersebut.
"Apa Ibu suka dengan bajunya?" tanya Anita tak sabaran.
Si ibu mengangguk seraya tersenyum, raut haru menyelimuti wajah cantiknya. Ia berjongkok mensejajarkan tubuh dengan Anita dan memegang bahunya. "Kenapa Anita repot-repot melakukan hal ini?"
"Itu kado ulang tahun untuk Ibu. Dari mulai sekarang Anita akan menggantikan peran almarhum Ayah yang selalu memberi kejutan di kala Ibu tambah umur."
Mendengar kata "ayah" yang kembali terlontar dari mulut anak bertitel "yatim" setelah beberapa bulan terakhir terasa tabu untuk diucapkan, membuat ibunya emosional. Air matanya menggenang namun tak sampai jatuh berderai. Suaminya telah pergi setahun yang lalu tepat sehari setelah ulang tahunnya karena kecelakaan kerja.
"Terima kasih, Sayang." Anita dipeluk erat dan ia membalas pelukan ibunya. "Terima kasih kembali, Bu," balasnya penuh kasih.
Setelah dress kembali dimasukkan ke kantong kertas dan berpamitan pada pemilik toko, mereka keluar hendak pulang. Namun, baru beberapa langkah, kaki Anita berhenti membuat sang ibu menatapnya penuh tanya.
"Karena uang Celengan Ayam Anita masih tersisa 24.000, sepertinya cukup untuk dua mangkuk bakso Pak Mustafa. Kita ke sana ya, Bu!"
Ibunya tak bisa menolak, perlakuan istimewa Anita sukses menyentuh hatinya. Kedai Bakso Mustafa ada di sebrang toko baju, mereka pun menyebrang bersama-sama ketika jalanan lengang. Tahun ini memang ulang tahun terbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena tiadanya suami tercinta. Tetapi, keberadaan Anita menjadi penguat, penghibur dan pelipur lara dari rasa duka mendalam karena kehilangan.