Pada Senin, 17 Juli 2023, Kabupaten Jember bersama dengan Bupati telah menyelenggarakan upacara pelepasan bagi mahasiswa KKN Kolaboratif. Dalam Pelaksanaan KKN ini, anggota yang berada di dalamnya tidak hanya berasal dari satu Perguruan Tinggi saja, melainkan dari seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten Jember. Dalam kelompok KKN Kolaboratif 214, mendapat penugasan pada Kecamatan Sukowono tepatnya di Desa Dawuhan Mangli. Terdapat banyak potensi yang menarik dalam desa tersebut.
SUKOWONO – Pengrajin sangkar burung asal desa Dawuhan Mangli, Rupik (50) sempat menjadi korban penipuan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Saat itu oknum meminta melakukan transaksi anatara pembeli dan penjual. Saat barang jadi dan hendak ditemui oknum tersebut menghilang. Oleh sebab itu pria parubaya tersebut mengalami kerugian hingga puluhan juta.
“Saya sudah tiga kali ditipu orang, setiap kurungnya harganya mulai satu juta hingga empat juta. Kalo ditotal kira-kira sepuluh jutaan.” Ujarnya saat diwawancarai di halaman rumahnya, Kamis, (20/7)
Tidak putus asa pria dengan sapaan akrab Rupik ini terus menekuni usahanya itu, dengan konsisten menjaga mutu dan kejujuran. Kini usahanya kembali naik daun setelah beberapa kali mendapat kerugian yang dinilai sangat merugikan bagi pengusaha seperti dirinya. “setelah saya terus menekuni dengan menjaga mutu yang berkualitas dan kejujuran, alhamdulilah sekarang sudah mulai kembali normal” Kata Rupik
Disamping itu berawal dari Rupik duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya saat kelas tiga dia sudah menjuarai perlombaan melukis. Seiring berjalannya waktu, Kota Surabaya menjadi tempat untuk menimba ilmu. Merasa kurang puas, dirinya tertantang untuk bisa menjadi pengrajin sangkar yang lebih dari pada yang lain. "Karena kurang puas saya berangkat ke Surabaya menimba ilmu, kira-kira seperti apa sangkar yang bagus-bagus. Saya terkuni hingga sekarang," ujar Rupik saat diwawancarai di halaman rumahnya, Kamis (20/7)
Selain itu, lanjut dia, sangkar buatannya memiliki ciri khas dan berbeda dari yang lain. Sebab sangkar yang dibuatnya memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Itu sebabnya, nilai tawar yang diberikan bisa melambung tinggi. Saat ini, pasar yang sudah melampaui luar Jawa, seperti Kalimantan, Medan, dan beberapa kepulauan lainnya. "Alhamdulillah selain lokal seperti Jember juga ada dari Medan, Kalimantan dan kepulauan lainnya" kata Rupik.
Terdapat perpaduan warna yang unik dan seni ukir yang memiliki karakter kuat sehingga memiliki ciri khas tersendiri di setiap karyanya serta pentaan setiap detail dan rapi. Sebab, Rupik mengutamakan kulitas sehingga harga yang ditawarkan dianggapnya bisa bersaing. Berjalannya waktu lanjut Rupik telah mengikuti beberapa cara untuk bisa memasarkan karyanya. Terutama pada pasar online seperti Facebook juga Instagram. Hal ini dilakukan karena melihat pasar online dapat menjangkau pelanggan lebih jauh. “Harga bisa bersaing tapi kualitas yang diutamakan, dan alhamdulillah untuk saat ini masih banyak teman-teman belajar bagaimana caranya melukis sangkar yang bagus dan benar.” Kata dia
Rupik berpesan kepada seluruh seniman sangkar burung terus menjaga nama baik desa Dawuhanmangli utamanya. Bersaing secara sehat dengan mengutamakan kualitas dan kejujuran. "Yang penting jaga mutu kualitas jangan sampai tercoreng nama baik terutama desa Dawuhanmangli. Jangan asal buat. Itu yang membuat harga didalam dunia bisnis menjadi rusak harganya. Banyak disini yang seperti itu," pungkasnya (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H