Di sebuah factory outlet, di antara banyak baju dan lalu-lalang pengunjung, satu hal menarik perhatian adalah tagline di sebuah kaos yang dikenakan seorang pemuda tinggi besar yang berdiri di meja kasir, yang sedang sibuk melayani pembeli yang mau bayar.
Tagline di kaosnya itu berbunyi "TUHAN TIDAK BUTUH DIBELA". Persis seperti itu dengan huruf kapital, empat kata, empat baris, tercetak putih tebal dengan ukuran besar di atas dasar warna hitam. Seperti spanduk yang ditempel di badan.
Tuhan tidak butuh dibela, iya memang benar, Tuhan Maha Besar, Maha Segalanya, Maha Sempurna.
Sebuah tagline demikian tertera di kaos anak muda, bisa berbicara banyak mengenai zamannya. Bisa jadi sebuah kesadaran baru yang tumbuh di hati anak muda, yang memiliki cita-cita besar mengenai kebersamaan dalam keberagaman di Republik ini.
Tuhan itu satu. Tuhan itu pusat segalanya.
Tagline di kaos tersebut barangkali mencoba menggugat ironi yang terjadi di sekitarnya :
> Dimana ada orang-orang saling bermusuhan dalam rangka memperebutkan Tuhan.
> Dimana ada orang rela melukai sesamanya atas nama Tuhan, demi Tuhan, demi membela Tuhan.
Padahal Tuhan itu satu. Bagaimana Tuhan senang melihat manusia ciptaannya saling bermusuhan. Tuhan berpesan supaya manusia saling menasehati dalam mentaati kebenaran. Dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.
Perkara perbedaan keyakinan (kalau itu yang dipersoalkan), itu adalah urusan Tuhan. Manusia tak berhak melampaui wewenang Tuhan. Manusia selama di dunia, berbuatlah sebaik-baiknya sebagaimana layaknya manusia.
Tagline di kaos pemuda itu juga mengisyaratkan, justru kalau mau membela Tuhan, saling hormatlah antarsesama manusia, saling menjaga, jangan berbuat hal-hal curang yang menyebabkan penderitaan orang lain.