[caption id="attachment_208588" align="aligncenter" width="355" caption="Foto Ilustrasi dari gettyimages.com"][/caption]
-
Sudah kita lalui lautan yang airnya bergerak tenang. Juga, sudah kita lalui lautan yang bergelombang hebat, membadai. Sudah kita rasakan hujan tawa dan air mata. Sudah kita lalui jalanan ramai dan sepi. Sudah kita lalui masa dan segala peristiwa di dalamnya. Dan, kita belum berlalu, masih akan melalui banyak hal, kita masih pelaku cerita kehidupan ini. Aku adalah ujian bagimu. Kamu adalah ujian bagiku. Aku adalah berkah bagimu. Kamu adalah berkah bagiku. Kita bisa saling melemahkan. Kita bisa saling menguatkan. Kita bisa saling menghancurkan. Kita bisa saling membangun peradaban. Kita, manusia diasah dengan manusia untuk menajamkan pisau bedah kebijaksanaan. Begitu banyak rasa, begitu banyak warna. Banyak lembar kertas telah kita lukisi. Kita memajangnya di dinding sebagai pengingat. Lihat lukisan itu, apa yang aku rasakan, apa yang kamu rasakan. Telah terhampar segalanya berpasangan, sedih dan gembira, suram dan cerah, gelisah dan tenang, benci dan cinta. Untukku dan untukmu. Kita masih mendayung sampan di lautan. Diamlah diam, berikan kesempatan pada telinga menajamkan kepekaannya, menangkap suara air mengalir, angin yang bertiup, dayung yang membelah air.
-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H