Mohon tunggu...
Arimbi Bimoseno
Arimbi Bimoseno Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Author: Karma Cepat Datangnya | LOVE FOR LIFE - Menulis dengan Bahasa Kalbu untuk Relaksasi | Website:http://arimbibimoseno.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Sudah Seharusnya Orang Tua Antusias Bertemu Anak

14 Maret 2011   17:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:47 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mulut bisa berbicara apa saja, namun bahasa tubuh dan raut muka lebih bisa menjelaskan segalanya. Dan soal naluri membaca suasana hati orang tua, diam-diam anak memiliki kepekaan yang tajam. Boleh saja misalnya sekeluarga makan bersama, tapi Ayah-Ibu yang tampak dingin, tak ada senyum hangat, berbicara seperlunya, anak bisa meraba ada yang tidak beres dalam relasi kedua orang tuanya.

Semangat itu menular. Orang tua yang bersemangat akan mengkondisikan anak-anaknya dalam gelombang semangat yang sama. Senyum yang hangat dan cara bertanya untuk mengetahui hal penting yang disampaikan secara ringan dan diselingi humor adalah segalanya buat anak, dibanding panjang lebar nasehat macam ceramah yang membosankan.

Masalahnya apa bisa tersenyum terus, masak harus dipaksa-paksa untuk tersenyum, sementara pikiran sedang galau memikirkan proyek yang tidak kunjung gol, perasaan masih kesal gara-gara omongan negatif orang yang tertangkap telinga. Orang tua, kan, juga manusia. Ya, itu dia, tantangan buat orang tua, bagaimana menata berbagai hal sesuai letaknya. Persoalan pekerjaan diselesaikan di tempat kerja, tidak elok membawa persoalan pekerjaan ke dalam rumah. Persoalan dengan teman kantor, diselesaikan di kantor, bukan tindakan cerdas bila membawa sampah masalah dengan orang lain ke dalam rumah, apalagi bila tragisnya anak menjadi tumbal pembuangan sampah.

Sepusing apapun kepala karena persoalan-persoalan di luar rumah yang belum ketemu jalan keluarnya, begitu sampai rumah, tekan tombol otomatis di otak untuk menghentikan segala resah. Sampai di rumah, saatnya memberikan sentuhan personal kepada anak-anak, tersenyum, bersemangat, antusias bertemu anak-anak.

Sungguh tidak adil, banyak waktu produktif dari pagi dalam keadaan badan segar-bugar telah dihabiskan untuk urusan di luar rumah, sampai sore, bahkan mungkin terkadang sampai malam. Dan begitu sampai rumah, dengan waktu yang sedikit, kemudian menunjukkan wajah tidak antusias bertemu anak-anak, oleh sebab pikiran masih dihantui beragam persoalan tadi.

Lagipula, antusias atau tidak antusias di depan anak, kenyataanya persoalan di luar sana masih menggantung, yang kalau perasaan ego tidak menentu ini dituruti, bisa-bisa di kemudan hari akan timbul masalah serius, kalau ternyata dampaknya anak menjauh dan semakin menjauh karena merasa sering tidak diterima dengan sepenuh hati.

Masih ada hari esok untuk memberesi urusan pekerjaan. Semua ada waktunya. Waktu bekerja untuk bekerja. Waktu keluarga untuk keluarga. Dan mengenai komentar negatif orang, tidak ada gunanya disimpan dalam hati. Karena kalau disimpan dalam hati, akan menjadi racun yang merusak pikiran dan badan sendiri. Komentar negatif orang, maafkan dan lupakan. Bila ada hal yang relevan untuk diluruskan atau diklarifikasi, cari waktu khusus untuk itu. Sampai di rumah, badan, pikiran dan hati sudah semestinya berada di dalam rumah.

Bekerja adalah alat untuk mencapai kebahagiaan keluarga, yang di dalamnya termasuk kedamaian hati anak-anak. Bila orang tua sibuk berkutat dengan alat, lalu lupa dengan tujuan utamanya, tentu ini sebuah keadaan dalam diri yang perlu segera diperiksa dan dicarikan jalan keluarnya. Karena, kunci segala persoalan ada di dalam hati orang tua. Orang tua yang hatinya damai, akan mudah tersenyum kepada anak-anaknya, terlepas apakah sedang bebas dari masalah atau sedang dikepung masalah dari berbagai penjuru mata angin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun