Aku bersyukur menjadi orang Indonesia. Lahir dan besar di Indonesia. Bermain, belajar, membangun mimpi di Indonesia. Tapi mengapa semakin bertambah usiaku, semakin bertambah kesadaranku (menurutku), perasaan ini terkadang nyeri, hati ini terkadang perih manakala melihat kualitas orang-orang yang di atas sana begitu euforia menikmati kehidupannya. Pada saat yang sama, kulihat orang-orang di desa hidup dalam kesusahan, mencari uang lima ribu rupiah sehari saja sangat sulit. Banyak orang di desa terjerat rentenir, bunga utangan yang dipungut setiap hari. Menangis rasanya batin ini. Kenapa ini bisa terjadi. Kapan semua ini berakhir.
Aku tahu, tidak pernah ada seratus persen keadaan yang sempurna. Selamanya Republik ini berdiri, tingkatan kelas-kelas akan selalu ada. Tapi, seharusnya kesenjangannya tidaklah sedalam jurang yang menganga seperti yang kurasakan saat ini. Ah, apakah aku yang terlalu muluk-muluk. Apakah aku yang terlalu berlebihan.
Indonesia yang kurindukan adalah Indonesia yang dipimpin anak-anak muda ksatria berhati bersih. Yang ketahanan spiritualnya tidak bisa dibobol oleh rupiah atau dollar manapun. Yang keberaniannya tidak bisa dilumpuhkan oleh ancaman penjahat-penjahat terhormat yang punya banyak uang (mafia). Yang mensyukuri hidupnya dengan memikirkan kemakmuran seluruh warga, bukan menumpuk harta-benda sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri dan keluarga. Yang tegas berkata TIDAK pada penjahat-penjahat berdasi, tak ada kompromi dengan penjahat-penjahat berkedok apa saja. Yang tegas berkata IYA pada kebenaran.
Indonesiaku. Aku tahu aku belum bisa berbuat banyak untukmu. Tapi sebagai rakyat kecil, aku akan selalu berusaha menjaga diriku semampuku, dengan tidak menambah rumit permasalahanmu, sambil menerangi orang-orang di sekelilingku, sebisa-bisaku.
Indonesiaku, tampilan badanmu memang semakin menarik, dengan polesan bedak berupa gedung-gedung mewah mencakar langit, tapi itu semua tidak mampu membuatku tersenyum. Tenggorokan ini rasanya seperti tercekat, mendapati perkampungan-perkampungan kumuh di belakang gedung mewah itu. Orang-orang di desa sulit sekali mencari uang untuk mengejar harga-harga kebutuhan hidup yang terus naik dari waktu ke waktu.
Indonesiaku, memang setiap orang bertanggung jawab pada kehidupannya masing-masing. Tidak boleh merengek-rengek pada negara. Tapi aku percaya, bila orang-orang yang menduduki kursi ketua RT hingga kursi Presiden adalah orang-orang yang tepat, jujur, tegas, berani, bisa dipercaya, maka keadaan akan menjadi lebih baik untuk semua orang Indonesia.
Indonesiaku, aku tidak bermaksud mengeluh, aku juga tidak mau mencaci-maki kamu. Aku akan sabar menunggumu tumbuh menjadi dewasa. Sambil menunggumu dewasa, aku akan terus berbenah, memperbaiki keadaanku dan sekelilingku, semampuku.
Semoga anak-anak muda yang belum terkontaminasi trik-trik licik dalam berusaha bisa segera tampil ke depan. Menyelamatkan Indonesia Raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H