Tergelitik sepenggal kalimat komentar, "Agama tidak selalu demokratis. Bahkan bila ingin 'benar-benar demokratis', agama bukan tempat yang cocok. Agama bisa toleran akan perbedaan pendapat terhadap hal-hal tertentu, tapi 'sama sekali tidak' pada hal-hal yang lain." Benarkah demikian?
Bukankah agama itu tergantung bagaimana pemeluk agama menafsirkan/ menginterpretasikan/ mengejawantahkan/ memaknai/ menjalankan agamanya?
Agama adalah petunjuk mengenai bagaimana seharusnya menjalani hidup. Petunjuk (sekumpulan aturan, sekumpulan nilai dalam bentuk teks) yang dibukukan dalam Kitab Suci (Islam = Al Quran). Di sana dijelaskan bagaimana seharusnya hidup. Dijelaskan berbagai pilihan hidup beserta konsekuensi logis yang menyertainya. Selanjutnya manusia diberikan kehendak bebas untuk menentukan pilihan hidupnya.
Lalu, dimana letak tidak selalu demokratisnya agama?
Yang tidak selalu demokratis itu agama atau pemeluk agamanya?
.
*Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah komentar dalam tulisan "Sahur Sambil Memperkaya Hati dengan Tafsir Al Quran"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H