Ketika kesulitan hidup mendera, ketika komunikasi dengan pasangan tak sesuai harapan, ketika emosi menjadi panglima di dada, bisa jadi segalanya tampak gelap. Tak tahu lagi bagaimana memperbaiki keadaan, ingin rasa segera mengakhirinya.
Berpikir lagi seribu kali. Menenangkan diri. Sudah seberapa besar perjuangan dilakukan. Kenapa begitu mudah melihat keburukan pasangan. Tak adakah kebaikan-kebaikannya. Dimana kebaikannya yang dulu membuat jatuh cinta. Tak adakah yang tersisa.
Selama mata dan pikiran fokus pada keburukan pasangan, maka keburukan-keburukannya yang lain akan datang beruntun. Demikian pula sebaliknya, ketika mata dan pikiran fokus pada kebaikan pasangan, maka kebaikan-kebaikannya akan datang beruntun.
Keburukan pasangan yang terus dipersoalkan akan mengundang sikap antipati. Kebaikan pasangan yang menjadi perhatian akan mendatangkan empati.
Menuntut sedemikian rupa kepada pasangan, sudahkah diri memberikan yang terbaik kepada pasangan.
Bisakah mencintai pasangan karena mencintai-Nya? Sehingga segala rasa sakit itu sirna. Berganti damai yang abadi dalam hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H